Chapter 67: Duanmu’s Self-Abasement

Babak 67: Penghilangan Diri Duanmu

Penerjemah: Cynthia Editor: Pranav

Duanmu Huanghun sedang duduk di dalam sekolah, merasa tidak sabar.

Para siswa di sekitarnya tidak bisa menahan diri untuk tidak terus-menerus menembak ke arahnya, dan banyak gadis bersembunyi di balik beberapa jendela dan dengan penuh semangat mengintip ke arahnya. Duanmu Huanghun, yang terkenal setelah pertarungan terkenal, kini menjadi murid terakhir Grandmaster Dai Gang. Namun tidak satu pun dari ini membuatnya merasa senang atau gembira.

Dengan didikannya yang mulia, bakatnya yang luar biasa, dan tampangnya yang tampan, dan sekarang sebagai murid terakhir dari guru yang terkenal itu, dia benar-benar adalah favorit surga. Dia begitu sempurna sehingga tidak ada yang bisa iri padanya.

Tapi dia sama sekali tidak senang!

Bajingan itu tidak datang ke sekolah lagi!

Hati Duanmu Huanghun penuh amarah. Ya, marah!

Hari ini adalah hari pertama dia kembali ke Central Pine City karena bertemu tuannya. Dengan gelar murid terakhir seorang grandmaster, ia bersinar cemerlang seperti matahari. Dekan secara pribadi datang untuk menyambutnya lagi dan bahkan berbicara kepadanya dengan patuh. Para guru memberinya salam ramah dan hangat, tidak sedikit pun memperlakukannya seperti murid. Siswa laki-laki memandangnya dengan ibadah dan hormat, sedangkan siswa perempuan menatapnya dengan cinta yang penuh gairah.

Tapi dia tidak mau atau tidak peduli dengan semua ini!

Satu-satunya orang yang ingin dilihatnya, satu-satunya orang yang ia sayangi, tidak termasuk dalam orang asing ini.

Dia ingin melihat kecemburuan, kecemburuan, dan penghilangan diri yang tidak disembunyikan di mata Ai Hui. Ya, dia ini praktis. Dia hanya ingin melihat orang itu di bawah kakinya di bawah ketenarannya yang mempesona.

Itu akan terasa luar biasa!

Tapi sialnya! Orang itu tidak datang ke sekolah lagi!

Wajah Duanmu Huanghun sangat marah. Meskipun matanya sedingin es, amarah tanpa hambatan membakar di bawah mereka.

Itu seperti pasukan yang kuat dengan sejumlah besar pasukan infantri dan kavaleri, setelah merencanakan untuk waktu yang lama, akhirnya berbaris langsung ke kamp-kamp musuh dengan harapan memusnahkan musuh, tetapi menemukan bahwa kamp itu kosong.

Perasaan … menyebalkan!

Dia tidak mendengarkan sepatah kata pun dari apa yang dikatakan para guru di kelas. Sepanjang pagi, dia marah dan seperti gunung berapi yang bisa meletus kapan saja.

Setiap menit di kelas mirip dengan penyiksaan dan membuatnya semakin marah. Dia merasa seperti badut bodoh. Perasaan itu begitu kuat sehingga dia hampir tidak bisa membantu tetapi bergegas keluar dari ruang kelas.

Namun, entah bagaimana dia berhasil menahan diri hingga akhir kelas.

Begitu kelas selesai, dia berdiri dan bergegas keluar dari sekolah dengan tergesa-gesa.

Saat dia berjalan keluar, dia tidak bisa menahan matanya di bawah sinar matahari yang cerah.

"Permisi, apa kamu kenal Ai Hui?"

Saat dia baru saja melewati gerbang sekolah, Duanmu mendengar suara lembut dan lembut dan tiba-tiba berhenti. Namun, ia tidak berhenti karena betapa menariknya suara itu, tetapi justru karena namanya.

Ai Hui … bajingan sialan itu!

Setelah matanya disesuaikan dengan sinar matahari, dia bisa dengan jelas melihat orang di depannya. Matanya berbinar. Sungguh keindahan yang klasik!

Gadis itu berdiri di sana dengan anggun dengan temperamen sopan dan senyum hangat; dia terlihat sangat lembut dan sopan. Duanmu Huanghun telah melihat keindahan yang tak terhitung jumlahnya, tetapi sangat sedikit dari mereka yang bisa dikatakan sama menyenangkannya dengan dia.

Pacar Ai Hui?

Mustahil! Duanmu segera menyangkal pikiran itu. Bagaimana mungkin Ai Hui punya pacar yang cantik? Pacarnya terlihat jelas. Saat kata "pacar" muncul di benaknya, hati Duanmu bergetar, ketika dia mengingat pengalaman menyedihkan malam itu. Itu benar-benar mimpi buruk yang masih berusaha dilupakannya.

Dia tidak pernah berpikir dia akan mengingatnya di sini …

Meskipun dia meraung dengan kemarahan jauh di dalam hatinya, Duanmu Huanghun masih tersenyum cerah, dan berkata, "Senang bertemu denganmu, aku teman sekelas Ai Hui."

Dia memutuskan untuk melumpuhkan musuh-musuhnya sebelum menyusup ke dalamnya!

"Wow, bagus sekali. Senang sekali bertemu denganmu. Aku murid senior tuan Ai Hui," kata Mingxiu, terkejut.

Murid senior dari guru Ai Hui?

Duanmu Huanghun juga sedikit terkejut. Perhatiannya langsung tertuju pada hubungan ini. Ai Hui punya master? Bagaimana orang bisa memilih pria yang mengerikan sebagai murid? Dia mulai merasa marah.

Namun dia cukup tenang untuk mempertahankan ketenangannya, dan dia bertanya dengan senyum lebar dan kejutan yang tepat, "Ai Hui memiliki seorang master? Aku belum pernah mendengarnya sebelumnya. Mengapa dia tidak berbagi berita indah ini dengan kita?"

Mingxiu tidak terlalu banyak berpikir, dan dia menjawab, "Kurasa dia tidak punya waktu untuk memberitahumu. Itu hanya beberapa hari yang lalu. Majikannya adalah Wang Shouchuan, seorang guru Akademi Pine Central."

"Wang Shouchuan? Guru di akademi kita?" Duanmu Huanghun berhenti sejenak saat dia dengan cepat mencari ingatannya. "Apakah dia yang mengajar kursus 'Dasar Pelatihan'?"

"Iya nih." Mingxiu terbiasa dengan kursus Paman.

"Saya melihat." Duanmu Huanghun langsung menjadi lebih lega. Itu tidak mengejutkan; tentunya tidak ada guru terhormat yang akan memilih murid yang begitu mengerikan. Dia tidak berpikir bahwa seorang guru yang mengajar 'Dasar Pelatihan' akan berstatus tinggi.

Sekarang jauh lebih bahagia, Duanmu Huanghun bertindak terkesan dan berkata, "Dia adalah guru yang baik. Ai Hui beruntung memilikinya sebagai tuannya."

Mendengar pujiannya, kesan positif Mingxiu tentang Duanmu menjadi kuat. Dia telah belajar menyulam dari Guru sejak dia masih sangat muda, dan sama seperti tuannya, Paman seperti saudara.

"Jadi, kamu dan Ai Hui saling kenal dengan baik?" Mingxiu bertanya dengan rasa ingin tahu.

"Sangat!" Duanmu menjawab. Dia menggertakkan giginya karena marah tetapi berhasil memberikan senyum cerah. "Kami berada di tim misi yang sama."

"Oh, kalau begitu kamu pasti teman baik." Mingxiu juga senang mengetahui hal ini. Para anggota tim misi umumnya terdiri dari teman-teman yang sangat baik yang dapat bekerja sama dengan erat.

"Ya ya." Senyum Duanmu menjadi lebih cerah, tetapi di dalam hatinya, dia ingin menikam Ai Hui sampai mati.

Ups, tidak. Menusuk? Bagaimana dia bisa begitu kejam pada "teman baiknya"?

Dia harus meretasnya menjadi beberapa bagian untuk menyelesaikan kebenciannya!

"Oh, aku belum tahu namamu," kata Mingxiu.

Duanmu berpikir dengan marah pada dirinya sendiri. Haruskah dia memberi tahu nama aslinya? Tidak! Dia terlalu terkenal akhir-akhir ini, dan sebagai seorang selebriti, dia akan dikenali jika dia tahu nama aslinya. Lalu dia akan tahu bahwa dia berbohong karena Ai Hui pasti telah menjelek-jelekkannya di depannya.

Mengapa tidak memberinya nama samaran?

Tanpa berpikir, Duanmu Huanghun berkata, "Panggil saja aku Bangwan."

Saat berikutnya dia menyadari apa yang dia katakan, dan dia merasa ingin bunuh diri.

Dia hampir menangis. Apa yang dia lakukan?

"Oh, halo, Bangwan!" Mingxiu berkata dengan sungguh-sungguh.

Mendengar nama yang akrab namun mengerikan itu lagi, air mata mengalir di mata Duanmu.

"Ya, ya," jawabnya lirih.

Penghilangan diri ini terlalu keras.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami agar kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.