TGS – Chapter 64 – Who are You? (3)

Bab 64: Siapa Kamu? (3)

Diterjemahkan oleh: ShawnSuh

Diedit oleh: SootyOwl

Juho juga, ingin merasakan karakter di balik layar menjadi hidup. Dia ingin menjadi salah satu penonton yang digambarkan Sang Young. Dia ingin keluar dari teater dengan penuh semangat. Karena alasan itu, dia ingin merasakan kemarahan, keinginan untuk menulis, dan sedikit kebahagiaan. Agar itu terjadi, adaptasi film harus melampaui rekan aslinya. Bagaimanapun, ia telah menciptakan yang asli.

Karena itulah yang dia inginkan, dia tidak melampirkan persyaratan apa pun bagi sutradara yang ingin menjadikan bukunya menjadi film. Mungkin Juho muda di masa lalu menginginkan hal yang sama. Karena itu, dia merasa marah dan kecewa.

"Apakah kamu yakin bahwa kamu dapat membuat sesuatu yang melebihi pekerjaanku?"

Sang Young menatapnya dengan terkejut, dan Juho mendengar Nam Kyung menarik napas dalam-dalam.

"Maksudmu lebih dari yang asli?"

"Betul."

Ada keheningan. Saat dia menunggu dengan tenang, Juho merasa yakin bahwa Sang Young akan menjadi sutradara yang sempurna. Dia datang mencari Yun Woo di perusahaan penerbitan Nam Kyung beberapa kali dan, setelah banyak kegagalan, dia akhirnya berhasil. Sekarang, mereka duduk berhadapan.

Sang Young telah mencapai batasnya dalam percakapannya dengan Juho. Dia telah bertekad untuk mewujudkannya. Api terlihat jelas di matanya, dan dia merespons provokasi Juho.

"Aku yakin itu tidak akan terlalu sulit baginya, tetapi dia memiliki lebih dari apa yang diperlukan," pikir Juho.

Bibir Sang Young sedikit gemetar.

"Baiklah," jawabnya dengan suaranya yang serak. "Saya akan melakukan apa pun untuk membuat adaptasi yang melampaui yang asli."

Jika dia harus mengatasi perbedaan antara novel dan film, atau kata-kata dan gambar, dan memikat penulis dengan hasilnya, mungkin ada sesuatu untuk Juho untuk menulis di buku berikutnya.

"Haha," Juho tertawa sebagai tanda persetujuan.

Hari itu, ketiganya tetap bersama dan menghabiskan waktu lama berbicara sambil makan. Juho masih belum membaca skenario, dan dia belum melampirkan persyaratan apa pun untuk proyek. Dia telah memberi Sang Young otoritas kreatif penuh dan kebebasan.

Semuanya berjalan lancar, dan tidak butuh waktu lama untuk berita menyebar.

Artikel yang tak terhitung jumlahnya dituangkan. Sudah diketahui secara luas bahwa Yun Woo telah menolak sutradara yang ingin membuat film adaptasi dari bukunya. Sang Young telah dalam beberapa wawancara sejak itu, dan tanpa gagal, masing-masing dari mereka telah bertanya tentang Yun Woo.

"Aku yakin kamu sudah bertemu dengan Yun Woo sekarang. Seperti apa itu? "

"Bagaimana kamu bisa meyakinkannya?"

"Bisakah kamu menggambarkan penampilannya?"

"Bagaimana rasanya bercakap-cakap dengannya?"

Tidak peduli pertanyaan apa pun, Sang Young memberikan jawaban yang sama, "Saya lebih suka menyimpannya untuk diri saya sendiri." Meskipun internet meledak dengan keluhan, Sang Young hampir tidak membaca salah satu artikel online.

Minat utamanya adalah dalam pembuatan filmnya, dan segera, prosesnya mulai memunculkan pertanyaan untuk Juho. Karena Sang Young telah mencari semacam pengaruh ke arah, ia mulai menuangkan pertanyaan untuk Juho. Namun, Juho tidak memberinya jawaban. Tidak seperti Sang Young, apa yang ia cari adalah interpretasi dari para pembaca. Mereka terus-menerus bentrok, dan itu berlanjut hingga hari itu.

Suatu hari, mereka telah membuat rencana untuk bertemu untuk makan malam di restoran barbekyu. Ketika Sang Young tiba, dia masih mengenakan jins usang, tetapi dia membuka mulut segera setelah dia duduk.

"Jadi, tentang kepribadian."

"Terserah kamu. Terserah pembaca bagaimana dia menafsirkan buku itu. "

Setiap kali keduanya bertemu, mereka bertukar pembicaraan yang sama puluhan kali. Tak satu pun dari mereka memberi jalan.

"Sangat? Bahkan tidak sedikitpun? ”

"Aku malah memberimu kebebasan kreatif."

"Ayo, hanya yang kecil?"

“Skenario Anda sudah ditulis. Anda sudah tahu sekarang. "

"Aku hanya berusaha membuat film yang bagus di sini."

"Penafsiranmu cukup bagiku," jawabnya sambil membawa sepotong daging yang sudah dimasak ke mulutnya. Sang Young menggerutu, tetapi Juho tidak memperhatikan.

"Ini pertaruhan, tapi bagaimana dengan romansa?"

Pada saat itu, adegan-adegan dari adaptasi film masa lalu mengalir melewati kepala Juho. Itu telah dilimpahi dengan romansa yang belum ada di buku. Meskipun dia ragu-ragu untuk sesaat, dia menepisnya begitu dia melihat orang yang duduk di depannya.

"Apa pun yang diinginkan hatimu," jawabnya sambil mengangkat bahu sambil mengunyah makanannya.

‘Direktur ini berbeda dari yang pernah bekerja bersama saya. Dia tidak akan puas dengan film romantis. "

"Kamu tidak akan mengunjungi set bahkan setelah kami mulai syuting, kan?"

"Apa yang akan saya lakukan di sana?"

"Apakah kamu tidak ingin tahu tentang bagaimana film dibuat?"

"Tidak juga …" Pikir Juho.

"Itu akan menghancurkan fantasiku tentang film. Saya hanya akan menunggu sampai keluar di bioskop. "

"Jika kamu berkata begitu. Anda tahu, Anda tidak seperti siswa sekolah menengah lainnya. Mungkin itu karena Anda seorang penulis atau semacamnya, "jawab Sang Young sambil memutar matanya.

"Saya seorang siswa sekolah menengah DAN seorang penulis."

"Bekerja dua pekerjaan, ya? Pasti tangguh. "

"Tidurku sedikit menderita, tapi eh … Apa yang bisa aku lakukan?"

"Semakin sulit bagi remaja untuk menemukan pekerjaan paruh waktu, ya?"

"Tidak jika kamu mendapat persetujuan orang tuamu."

"Lebih baik tidak bekerja pada usia itu."

Kemudian dia mulai membagikan pengalamannya tentang pekerjaan masa lalunya. Rupanya, dia pernah bekerja di sebuah restoran barbekyu seperti yang ada di sana, tempat cuci mobil, pompa bensin, dan bahkan di tim manajemen properti.

“Itu sulit. Ada pepatah yang mengatakan bahwa ada pelajaran besar yang bisa dipelajari dari penderitaan sejak dini. Aku benci omong kosong itu. Lihat saya. Jika Anda menderita ketika Anda muda, Anda akan menderita ketika Anda lebih tua. "

Mendengar itu, Juho mengenang masa lalunya.

Setelah mengulangi semua jenis kegagalan selama rentang tiga puluh tahun, ia telah terbiasa untuk gagal. Dia tidak lagi memiliki keinginan untuk melakukan apa pun. Dia seperti tanaman mati dengan dedaunan menggantung tanpa kehidupan. Sepertinya sudah terbiasa dengan kegagalan.

"Aku yakin itu sama untuk penderitaan," pikirnya. Begitu seseorang terbiasa dengan penderitaan, tumbuh darinya akan lebih banyak penderitaan di dalam dan dari dirinya sendiri.

"Karena aku sudah melalui begitu banyak, aku melakukan apa pun untuk menjauh dari penderitaan."

"Itu belum tentu hal yang buruk."

"Siapa yang mengatakan itu buruk? Saya telah menjalani kehidupan yang baik. Saya hanya mengatakan bahwa saya telah melupakan banyak hal. "

"Apa yang sudah kamu lupakan?"

"Ketika saya masih muda, saya selalu menjadi anak yang berlari langsung ke jaring," katanya sambil terkekeh.

"Aku yakin teman satu timmu banyak bicara tentang itu."

“Jika ada bola di hadapanku, aku menendangnya. Saya tidak berpikir dua kali. Saya sangat ingin mencetak gol. Saya terus menendang sampai berhasil masuk ke gawang. Saya memikirkan satu hal ketika saya berdiri di depan tiang gawang. ‘Saya ingin sukses, '" lanjutnya tanpa memperhatikan jawaban Juho.

Rupanya, kerinduannya akan kesuksesan lebih besar daripada ketakutannya akan kegagalan pada satu titik dalam hidupnya.

"Aku sudah lupa itu selama ini. Saya sibuk menderita dan berkencan dengan istri saya. Saya yakin bahwa saya telah menjalani kehidupan yang bahagia. Tetapi setelah membaca buku Anda dan terhubung secara emosional dengan Yun, saya menyadari bahwa saya telah hidup dalam kegelapan selama ini. Saya sudah menginginkan sesuatu selama ini, tetapi saya terlalu takut. Saya tidak mengatakan menyerah adalah hal yang buruk, tetapi saya terkejut bahwa keputusan saya adalah sesuatu yang terjadi di antara aliran kesadaran saya. Itu semua terjadi begitu alami, tanpa ada yang tahu. Saya tidak repot-repot menendang bola lagi. Saya menyerah untuk mencoba hal-hal baru, ”katanya sambil memasukkan sepotong daging ke dalam mulutnya, mengunyah.

“Sebelum aku menyadarinya, mataku sudah beradaptasi dengan kegelapan. Sekarang, saya bisa melihat apa yang ada di depan saya bahkan dengan lampu terkecil. Itu semua terjadi bahkan sebelum saya menjadi sadar, ”katanya sambil menatap Juho.

"Bahkan jika saya belum membaca buku Anda, saya akan tetap puas. Saya merasa terbebani hanya karena menghindari kegagalan, tetapi ada sesuatu tentang buku yang terus mendesak saya. Itu terus bertanya kepada saya apakah saya ingin melihat apa yang ada di sisi lain kegelapan, ”katanya sambil menyesap air.

“Jadi, saya memutuskan untuk membuat film dengan buku yang mengguncang saya pada intinya. Itu adalah keputusan besar bagi saya, tetapi jawabannya adalah "tidak." Akan memalukan untuk menyerah pada percobaan pertama saya, jadi saya pergi mencari Anda. Setelah saya bertemu dengan Anda, saya akhirnya mendapatkan hak cipta. Saya akhirnya berhasil. Tapi tahukah Anda? Doozy yang sebenarnya adalah ini hanya permulaan. "

Dia telah memutuskan untuk membuat film adaptasi yang melampaui aslinya. Itu baru saja dimulai.

"Dengan catatan itu, apakah Anda punya sesuatu untuk diceritakan kepada saya tentang saudara laki-laki itu?" Tanyanya dengan tidak sabar sambil membawa sepotong daging ke mulutnya.

"Aku yakin dia tidak mengatakan semua itu hanya supaya dia bisa menanyakan itu padaku," pikir Juho sambil terkekeh.

"Aku hampir memberimu jawaban di sana."

Sang Young merujuk pada kakak Yun di 'Jejak Burung.' Dia jauh lebih tua dan dia tidak punya pekerjaan. Dia juga belum banyak. Dia bukan manusia yang baik.

Sang Young tidak menyerah.

“Dia membuat seorang gadis hamil, bukan? Dia menjadi seorang ayah pada akhirnya, kan? ”Dia bertanya dengan waspada. Itu pertanyaan yang cukup sensitif.

Saudara laki-laki Yun memiliki pesona yang menarik orang kepadanya. Di antara mereka yang suka dan mengikutinya, ada juga perempuan. Faktanya, salah satu dari mereka hamil.

Ketika dia tahu, dia mengunjungi adik laki-lakinya untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun.

"Kakaknya juga takut pada burung, bukan?"

Juho mengangguk. Baik Yun dan kakaknya memiliki ketakutan yang sama, tetapi ada perbedaan dalam cara mereka bermanifestasi. Kakak laki-laki berlari keluar sementara Yun dalam.

"Apakah dia akan membuat pacarnya melakukan aborsi?" Sang Young bertanya seperti dia sedang mencoba untuk mengeluarkan jawaban dari Juho, yang hanya terus tersenyum. Buku itu tidak menjelaskan apa yang telah diputuskan oleh saudara itu. Setelah meninggalkan rumah Yun, namanya tidak pernah muncul lagi.

“Kenapa kamu bertanya? Bagaimana Anda ingin memerankannya? ”Dia bertanya balik.

"Hm …" Sang Young mengerang saat dia berpikir untuk beberapa waktu. "Saya pikir dia akan melakukannya."

"Dia akan melakukan apa?"

"Melakukan pembunuhan."

"Pembunuhan." Juho memandangi potongan daging yang mendesis di atas panggangan. Mereka tidak lagi hidup.

Yun perlahan berputar ke dalam kegelapan. Membosankan, dan canggung. Jauh di lubuk hatinya, dia tidak bisa membenci dirinya sendiri. Tidak peduli apa kata orang, prioritasnya adalah dirinya sendiri. Dia benci rasa sakit karena kesalahan dan, karena itu, dia tidak meninggalkan rumahnya.

Sebaliknya, saudaranya telah merusak. Dia telah menjalani kehidupan yang sembrono tanpa memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Dia tidak peduli sedikitpun untuk dirinya sendiri dan telah melepaskan hidupnya dengan cara yang hampir terasa menyegarkan. Mungkin, itulah yang membuatnya begitu menawan.

Alasan mengapa Juho tidak menulis tentang saudara lelaki secara lebih rinci adalah karena dia tidak bisa menggambarkannya secara tertulis. Itu bukan karena dia ingin meninggalkan ruang untuk interpretasi. Dia tidak bisa berani menulis secara rinci tentang kehidupannya yang destruktif. Dia tidak bisa menenangkan diri untuk menulis adegan di mana saudara lelaki itu memberitahu pacarnya untuk membunuh bayi itu.

"Singkirkan itu. Bunuh itu. "Dia akan mengatakan hal-hal seperti itu. Lagipula, dia sudah berada di tempat di mana dia tidak bisa menahan diri. Sang Young telah menafsirkan berbagai hal dengan akurat. Saudara itu lebih dari mampu membunuh seseorang.

"Jika dia mampu membunuh burung seperti dia, dia tidak akan mengalami banyak kesulitan membunuh seseorang."

Cara dia mengatasi rasa takutnya adalah dengan menghilangkan hal yang dia takuti.

Juho mulai menantikan film Sang Young. Dia telah mengikuti proses berpikir Juho ke tee.

‘Bagaimana hasilnya? Seperti apa 'Jejak Burung' seperti film? 'Pikirnya sambil memasukkan sepotong daging ke dalam mulutnya.