WTP – Chapter 156 – A lie in a lie

Bab 156: 156 、 Kebohongan dalam kebohongan

Penerjemah: Editor Terjemahan EndlessFantasy: Terjemahan EndlessFantasy

Dadanya naik dan turun dengan marah, ketika dia merasakan sesuatu merembes keluar dari bibirnya. Dia membayangkan air liurnya, namun warnanya merah tua di jarinya saat disentuh.

"Apakah kamu keluar dari pikiranmu? Bagaimana jika orang melihat kita? "

Begitu tanda kepemilikan terukir di bibirnya, iblis merasa lebih lega, “Jadi apa? Saya hanya ingin semua orang melihat kami sekarang. Agar seseorang dapat menyadari bahwa dia milik siapa! ”Dia tersenyum dan berhenti selama beberapa saat ketika sesuatu yang menyenangkan muncul di benaknya. Senyumnya berbunga, “Lu Zhaoyang, tolong. Apa yang Anda harapkan dari dunia ketika Anda mencium pria lain dengan bibir yang sama dengan yang saya cium? Bahkan jika Anda baik-baik saja dengan itu, Huo Chen mungkin tidak, terutama setelah pengakuan dosa saya. Jadi saya sarankan Anda untuk tidak menurunkan diri lebih jauh. "

"Seperti ibumu," kata Huo ketika dia menghindar darinya, dengan profilnya perlahan-lahan menghilang ke dalam kegelapan malam.

Lu Zhaoyang berdiri diam seperti Batu Amah, dengan air mata menetes dari riasannya yang agak ternoda. Beberapa saat kemudian, dia mulai menggosok bibirnya dengan jari-jarinya, berusaha mati-matian untuk menghapus noda darah ketika kakinya sedikit gemetar memikirkan dreamboatnya sejauh ini, di kejauhan. Butuh waktu cukup lama baginya di tanah kosong sebelum akhirnya berhasil mengangkat hatinya yang hancur untuk kembali ke rumah keluarga Huo.

Dalam perjalanan pulang, dia banyak berpikir, meskipun pikiran itu terasa lebih seperti suara putih di benaknya yang kosong.

Huo Yunting mungkin kasar dengan kata-katanya, tetapi pada akhirnya tidak dapat disangkal bahwa dia tidak bisa lagi bersama Huo Chen. Dia harus menyadari bahwa dia tidak akan pernah bisa menjadi wanita Huo Chen, oleh karena itu dia tidak boleh lagi hidup dengan fantasi mereka.

Dia berhasil kembali ke mansion namun penampilan mansion itu sendiri sudah dilukis oleh semacam ketakutan mengerikan saat dia mendekatinya dengan perasaan kecewa. Dia dengan keras mendorong pintu depan rumah itu. Pintu depan yang tebal dari rumah Huo yang terbuat dari kayu rosewood terasa berat dan sulit dibuka dengan tangannya. Dia mengantisipasi, di antara tatapan aneh orang-orang yang dia kenal, tatapan dingin yang berdiri merendahkan. Dia membayangkan kekhawatiran palsu, komentar keras dan gosip yang menghina.

Dia terengah-engah dan melepaskan tumitnya, hanya untuk menemukan ruang tamu yang sunyi redup diterangi lampu gantung.

Tidak ada orang di sana.

Merasa diselamatkan, dia berjalan menaiki tangga, memperhitungkan percobaan lain yang menunggunya di dalam kamarnya. Dia memutar gagang pintu kamarnya.

Itu adalah penemuan yang beruntung bahwa Huo Chen tidak ada di sana, yang mungkin meninggalkan rumah untuk bermalam. Yang mengejutkannya, justru Nyonya Xue yang duduk di sofa. Mata Lu membesar, sebelum dia menarik ekspresinya lurus.

Ibunya melesat dari sofa, "Yang Yang …" Setelah melihat putrinya yang kuyu dengan bibir terluka, mata bengkak dan aliran air mata kering di pipinya, dia mendongak ke Lu dan membawanya ke sofa, "Apa yang terjadi pada bibir Anda? Kenapa kamu menangis?"

"Aku-aku baik-baik saja, bu. Aku hanya menggigit bibirku secara tidak sengaja saat aku berjalan-jalan di sana, meskipun aku merasa aku bereaksi berlebihan malam ini … Yah, kau tahu putrimu. Saya sangat lemah kesakitan jadi saya menangis ketika berdarah. ”

Dia memaksakan senyumnya, tetapi wajahnya yang kotor menyarankan sebaliknya.

"Begitu …" Nyonya Xue sepenuhnya yakin, mengetahui kelemahan putrinya terhadap rasa sakit. Dia membelai tangan putrinya yang membeku dengan hati-hati.

"Sayang … bisakah kamu memberitahu ibumu … jika kamu tahu tuan kedua sebelum ini …?" Interaksi mereka dengan terang-terangan tidak terlihat sederhana seperti antara kenalan dengannya. Lu telah meramalkan pertanyaan itu — Huo Chen berlebihan dalam merawatnya sebagai pacarnya, karena pada dasarnya dia menyerahkan diri ketika dia mendemonstrasikan pengetahuannya bahkan pada kesukaannya.

Dia bisa saja mengarang kebohongan yang baik, tetapi dia terlalu terkuras untuk menjadi bintang ramah di media, "Aku tidak." Lu melepaskan tangan ibunya dan langsung menuju ke tempat tidur. Dia melepas sandalnya, “Ibu, aku lelah. Selamat malam."

Madam Xue menghela nafas ketika melihat putrinya tenggelam dalam selimutnya. Dia punya banyak pertanyaan untuk ditanyakan tetapi pers ternyata tidak aktif. "Mungkin aku terlalu banyak berpikir …" Dia bergumam.

Nah, itu akan menjadi kabar baik jika saya bisa mendapatkan dukungan Huo Chen.

Pikir dia sambil berjinjit pergi.

Saat pintu ditutup, air mata kembali pecah.

Cintaku telah kembali dan kami bahkan tinggal di rumah yang sama, namun … belum … belum …

Saya bisa mengatakan "selamat pagi", "halo" dan "selamat tinggal", namun saya tidak pernah bisa mengatakan "Aku mencintaimu" kepadanya.

Hanya karena — karena saya …

Saya istri Huo Yunting.