Chapter 244 – I Have a Mansion in the Post-apocalyptic World

Bab 244: Jika orang tidak pamer, apa bedanya dengan ikan asin?

Penerjemah: _Min_ Editor: Yukira_

Hari-hari ini, Jiang Chen sangat bebas.

Meskipun menemukan alat-alat pengintai di kamarnya, dia tidak peduli untuk peduli siapa yang melakukan hal-hal keji ini. Setiap hari dia hanya mengobrol dengan orang tuanya, membawa Ayesha ke tempat-tempat di mana dia menghabiskan masa kecilnya, mengambil beberapa foto dengan ponselnya dan mengirimkannya kepada tiga orang dalam kiamat untuk memuaskan rasa ingin tahu mereka.

"Ini sekolah menengahku," Jiang Chen menjelaskan kepada Ayesha. Berdiri di depan gerbang, Jiang Chen menatap gedung dengan rasa nostalgia.

Di situlah dia menghabiskan masa mudanya dengan keringat dan air mata.

Mengenang masa lalunya, ia dulunya adalah seorang anak muda yang akan memerah dan jantungnya berdetak lebih cepat hanya dengan hanya menyentuh tangan teman satu kursinya secara tidak sengaja. Saat itu, dia dulu begitu naif dan polos.

"Apakah kamu bersekolah di sekolah menengah?" Jiang Chen dengan santai bertanya.

“Tidak bisa menyelesaikannya. Sekolah hancur, ”Ayesha menjawab dengan kosong.

Kenangan yang benar-benar tragis.

"Aku minta maaf karena mengingatkan ingatanmu yang tidak bahagia," gumam Jiang Chen.

Wajah dingin itu memberinya senyum lembut, dan kemudian dia menggelengkan kepalanya.

"Tidak perlu meminta maaf. Tidak ada yang bisa kita lakukan untuk itu. "

Menjelang masa lalunya yang tragis, Ayesha tidak pernah merasa menyesal karenanya. Bahkan dengan tragedi yang menimpa keluarganya sendiri, dia hanya menerima fakta ini dalam diam. Ketika Jiang Chen bertanya kepadanya sebelumnya apakah dia ingin membalas dendam terhadap orang-orang yang membunuh keluarganya. Selama dia menginginkannya, dia akan bersedia untuk membantunya, tapi dia tetap menggelengkan kepalanya.

Jiang Chen tidak bertanya mengapa, tapi entah bagaimana dia bisa menebak alasannya.

Itu adalah kenyataan yang menyedihkan. Penghuni kampung halamannya mungkin paling mirip dengan orang-orang dari kiamat.

Hanya orang-orang yang terbiasa mati akan begitu apatis terhadap kematian.

Justru karena ini dia hanya bisa akrab dengan satu-satunya orang yang membuatnya merasa hangat, satu-satunya orang yang membuatnya membuka hatinya.

Menggosok kepala kecilnya, Jiang Chen tersenyum, meraih tangannya dan pergi ke gerbang sekolah.

“Kelas masih berlangsung saat ini. Para tamu yang tidak diundang tidak dapat memasuki gedung sekolah, "lelaki tua itu, duduk di ruang keamanan dan mengenakan jaket militer, dengan sungguh-sungguh berkata.

Meskipun Jiang Chen masih bisa mengenalinya; di sisi lain, dia jelas tidak akan mengingat semua orang yang keluar dari sini.

Jiang Chen tertegun karena dia tidak bisa membayangkan bahwa dia akan diblokir oleh seorang penjaga keamanan. Namun, melihat kewaspadaan di wajah penjaga, Jiang Chen segera mengerti mengapa.

Tidak ada yang salah dengan penjaga menghalangi siapa pun memasuki sekolah. Jiang Chen ingat ketika dia masih belajar di sini, akan ada preman muda yang gemar nongkrong di sekitar sekolah. Meskipun mereka bukan siapa-siapa, mereka akan berpura-pura menjadi "bos" di depan para remaja ini untuk memamerkan "kisah" muluk mereka, dan kemudian mereka akan mengeroyok gadis-gadis nakal yang tidak berpengalaman dan meminta uang dan sejenisnya.

Rambut keriting berwarna cokelat dari Aisyah jelas disalahpahami oleh penjaga tua itu saat diwarnai. Lagi pula, penjaga itu semakin tua dan tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.

Seolah membaca pikiran penjaga, Jiang Chen tersenyum dan berjalan dan memulai percakapan dengan pria tua itu.

"Apakah kepala sekolah masih Tuan Wu?"

"Ya, apakah kamu mencarinya?"

"Mhmm … Panggil dia dan katakan padanya seseorang ingin menyumbangkan gedung sekolah."

Penjaga itu terkesima.

"Apa?"

…

Orang biasa mungkin tidak mengenali Jiang Chen, tetapi sebagai pemimpin sekolah di SMA Hucheng II, bagaimana mungkin dia tidak mengenali alumnusnya yang luar biasa? Untuk mulai dengan, di tempat kecil seperti Hucheng, jarang ada seseorang yang begitu berbakat. Dan sekarang, tempat ini telah menghasilkan seorang presiden dari sebuah perusahaan 10 miliar, seseorang yang telah dipuji oleh Wall Street Journal setara dengan Bill Gate dan Steve Jobs; dan diakui sebagai "pemimpin revolusi teknologi ketiga."

Wu Zechen telah bekerja di Hucheng High II selama lebih dari sepuluh tahun dan dapat dianggap sebagai veteran sekolah. Meskipun dia tidak memiliki banyak kesan tentang Jiang Chen, yang lulus lima tahun yang lalu, itu tidak menghentikannya untuk merasa bangga. Itu bukan pada titik di mana dia akan menyebutkan nama Jiang Chen setiap kalimat, tetapi pada akhir setiap pidato kepala sekolah, dia akan menggunakan kisah Jiang Chen untuk memotivasi siswa muda untuk belajar lebih giat untuk masuk ke universitas yang bagus.

Ini terlepas dari kenyataan bahwa pencapaian Jiang Chen saat ini tidak ada hubungannya dengan universitas yang ia hadiri sama sekali …

Kurang dari setengah menit kemudian, Jiang Chen melihat Kepala Sekolah Wu memimpin sekelompok pejabat sekolah berjalan keluar dengan langkah tergesa-gesa. Dari jauh, dia melambai pada Jiang Chen dan menyambutnya dengan senyum cerah.

"Haha, Tuan Jiang datang mengunjungi kami. Kami tidak siap. Anda seharusnya menelepon saya, "kata Wu Zechen penuh semangat, menjabat tangan Jiang Chen dengan penuh semangat.

“Kamu tidak perlu repot. Saya hanya ingin memeriksa tempat itu lagi. "Jiang Chen tersenyum.

"Itu tidak apa-apa! Jiang kembali ke SMA Hucheng II adalah peristiwa penting, kita perlu upacara penyambutan— "

"Tidak perlu. Jangan ganggu siswa, "Jiang Chen melambaikan tangannya.

Menuju antusiasme kepala sekolah lama yang berlebihan, Jiang Chen tidak bisa membantu tetapi merasa malu. Setelah berjabatan tangan dengan wakil kepala sekolah, direktur, dan pejabat sekolah lainnya, ia akhirnya memasuki gerbang sekolah.

Tentu saja, alasan mengapa kepala sekolah tua memberi sambutan hangat kepada Jiang Chen adalah karena kata-kata pengantar tentang "menyumbang gedung sekolah." Setelah menerima konfirmasi dari Jiang Chen, wajahnya yang tua mekar seperti bunga dan secara pribadi memainkan peran sebagai "panduan" dengan menunjukkan sekitar Aisha dan Jiang Chen.

Dia sebelumnya berpikir dia harus pensiun sebagai kepala sekolah, tetapi Jiang Chen entah bagaimana kembali dan berkontribusi ke sekolah kota asalnya.

Setelah proyek pembangunan sekolah yang baru selesai, tidak perlu dua tahun baginya untuk pindah ke Biro Pendidikan. Dengan kualifikasi ini, ia akan dipromosikan setidaknya setengah tingkat, bahkan mungkin tingkat penuh. Setelah mendapatkan begitu banyak manfaat, tidak heran mengapa dia begitu bersemangat.

Awalnya, antusiasme kepala sekolah membuat Jiang Chen sakit kepala. Bagaimanapun, dia awalnya bermaksud untuk berkeliaran tentang kampus yang akrab sambil memegang tangan Ayesha untuk mengenang masa lalu dalam keheningan, dan juga membuat sedikit kontribusi untuk kota asalnya, tetapi dia tidak berharap bahwa dia akan memiliki pemimpin sekolah kelompok mengikutinya .

Namun segera setelah itu, ia dengan cepat mulai menikmati pengalaman ini.

Alasannya adalah karena …

"Cepat lihat, bukankah itu Jiang Chen?" Melewati kelas di mana dia menghabiskan tiga tahun, seorang gadis bermata tajam segera mengenali Jiang Chen dan menyeret teman duduknya dengan penuh semangat.

Di antara anak-anak yang menggunakan smartphone, Jiang Chen sangat terkenal karena Future 1.0 memiliki setidaknya 300 juta pengguna domestik. Mayoritas orang yang menikmati menonton acara dan bermain game akan memilih untuk menginstal Little White untuk menghemat baterai dan meningkatkan kecepatan.

"Eh? Itu benar! OMG, bagaimana Old Wu bisa mengundang suami bangsa ke sekolah? ”Seorang gadis cantik dengan rambut panjang membelalakkan matanya dan berhenti menelusuri Weibo.

"Jauhkan ponselmu, jika direktur melihatmu—"

"Tunggu, biarkan aku mengambil foto dulu." Gadis itu mengangkat teleponnya untuk mengambil foto.

Tidak hanya di kalangan anak perempuan, Jiang Chen juga populer di kalangan pria.

Banyak siswa yang cerdas memandang pria ini sebagai panutan mereka dan ingin menjadi seperti dia suatu hari nanti, untuk dapat kembali ke sekolah dan mengangkat kepala, dan membiarkan para pemimpin sekolah yang "arogan" mengikuti mereka dan menikmati mereka kata-kata menjilat.

Lebih dari satu miliar kekayaan bersih, asisten wanita asing yang cantik: lambang pemenang kehidupan.

Meskipun Jiang Chen benar-benar ingin memberi tahu mereka bahwa prestasinya saat ini tidak ada hubungannya dengan belajar … meskipun mendapatkan nilai tinggi ketika dia diterima di universitas Wanghai.

Singkatnya, sangat menyenangkan untuk iri dan dipuji oleh kerumunan orang muda yang energik.

Betul! Jiang Chen benar-benar menikmati perasaan kesombongan.

"Apa yang Anda pikirkan tentang ini, Tuan Jiang? Apakah Anda puas dengan budaya di sekolah kami? "Wu Zechen bertanya dengan semangat ketika dia melihat mulut Jiang Chen melengkung.

"Apakah saya puas atau tidak, saya tidak memenuhi syarat untuk mengatakannya. Tetapi melihat bahwa siswa kami sangat energik, sebagai alumni, saya sangat senang, "Jiang Chen dengan santai berkata dan tersenyum.

"Haha, bagaimana mungkin? Kami memiliki banyak siswa yang memandang Jiang sebagai alumnus, ”kata seorang sekretaris wanita berusia 30-an sambil terkikik.

Menjelang pujian ini, Jiang Chen tersenyum.

"Ngomong-ngomong, di mana guru Cai?" Itu adalah wali kelasnya. Setelah berjalan mengelilingi kampus, dia gagal melihatnya.

"Bapak. Cai sudah tua dan sudah pensiun. Saya mendengar bahwa putranya baik-baik saja di selatan, jadi dia pensiun di sana. ”

Sudah pensiun?

Jiang Chen tidak bisa menahan perasaan penyesalan, karenanya dia merasa lega.

Dia sudah menghabiskan lebih dari setengah hidupnya untuk mengajar, jadi sudah waktunya untuk menikmati hidup.

…

5 juta bangunan sekolah, satu set 1 juta peralatan pengajaran canggih, dan patung marmer. Kepala Sekolah Wu bersikeras bahwa upacara donasi seremonial harus dilakukan, atau kalau tidak akan sulit untuk mengungkapkan rasa terima kasih para siswa dan staf sekolah.

Tapi Jiang Chen menolaknya. Takut akan masalah, ia menggunakan metode yang paling mudah dan menyumbangkannya dengan nama Future Technology. Departemen hukum perusahaan akan mengirim orang untuk berkoordinasi dengan masalah ini, jadi dia tidak perlu khawatir lagi.

Setelah mengurus semuanya, Jiang Chen memanggil Xia Shiyu untuk memberi tahu dia.

"Halo?" Jiang Chen berbicara di telepon.

"Ah, hmm? Apakah Anda butuh sesuatu? ”Xia Shiyu terdengar agak linglung.

Bingung, Jiang Chen mengerutkan kening dan berkata dengan suara penuh kekhawatiran, "Ada sesuatu … Saya merasa Anda tidak terdengar benar. Apakah Anda terserang flu? ”

"Tidak, tidak ada, hanya barang-barang pribadi," kata Xia Shiyu acuh tak acuh.

Orangtuanya ingin dia pergi pada tanggal yang diatur oleh seorang mak comblang mengatakan akan sulit bagi gadis yang lebih tua untuk menikah. Sisi pria juga bekerja di Kota Wanghai dan memiliki sebuah perusahaan. Rupanya, dia cukup kaya … Era apa ini?

Selama beberapa hari terakhir, Xia Shiyu telah bermasalah dengan ini.

Dia tidak dapat berbicara dengan orangtuanya yang ngotot dan akhirnya setuju untuk berlibur dan pulang

Itu hanya untuk membuat orang tuanya bahagia.

Adapun tanggalnya, dia secara tidak resmi menjatuhkan hukuman mati di hatinya.

Untuk beberapa alasan, meskipun itu tidak ada hubungannya dengan Jiang Chen, dia masih tidak ingin Jiang Chen tahu tentang ini. Yang lebih memalukan adalah, ketika dia berpikir tentang pernikahan, apa yang terjadi malam itu entah bagaimana akan muncul di kepalanya.

Malam itu, bibir mereka hanya berjarak beberapa sentimeter.

Jika mereka mencium pada hari itu …

Setelah mendengarkan sumbangan Jiang Chen dengan kacau, Xia Shiyu menutup telepon.

Setelah menghela nafas panjang, dia memegang telepon di depan dadanya.

Bibir merah cerah dan tipis itu mencibir, itu adalah pemandangan yang langka.

Dia tanpa sadar bergumam pada dirinya sendiri, "Bodoh …"

(1) Ikan asin adalah bahasa gaul Internet karena mengatakan orang yang tidak berguna.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami agar kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.