Chapter 66 – The Unexpected Hug

Babak 66: Pelukan Tak Terduga

Penerjemah: Henyee Translations Editor: Henyee Translations

Fisiknya ramping seperti bambu dan lurus seperti pinus. Kiprahnya tidak hanya mengandung keanggunan yang tak tertandingi, tetapi juga mewujudkan keganasan seperti pedang. Ini adalah Xia Jinyuan, seorang prajurit yang elegan namun berbahaya.

Ye Jian sedikit mengerutkan bibirnya. Dia berdiri dan mengejarnya.

“Kapten Xia, aku berjanji untuk pergi ke rumah teman sekelasku malam ini.” Ye Jian berteriak pada sosok yang akan menghilang di sudut tangga. “Aku pergi sekarang. Teman sekelasku pasti menungguku di rumah. ”

Langkah kaki menuruni tangga tidak berhenti, jadi Ye Jian harus mengejar turun lagi.

Dia harus keluar malam ini. Ibu An Jiaxin adalah seorang dokter! Jika target membutuhkan bantuan dan menghentikan pendarahan dari luka tembaknya, dia pasti akan menjangkau ibu An Jiaxin, Bibi Zhou!

Jika Xia Jinyuan memberi tahu para penjaga di kamp untuk tidak membiarkannya pergi, dia pasti tidak akan menemukan jalan keluar.

Masalahnya adalah apakah dia masih punya waktu untuk memberi tahu Bibi Zhou? Sudah 16 menit sejak dia menemukan target!

Dalam satu langkah, Ye Jian melewati empat tangga. Dia dengan cepat bergegas dari asrama lantai tiga ke lantai satu. Dia cepat, tetapi tidak secepat Xia Jinyuan, karena dia mendengar langkah kakinya menghilang di lantai pertama.

Bukannya Xia Jinyuan tidak mendengarnya. Hanya karena dia telah mendengarnya sehingga dia perlu mengatur orang untuk mengawalnya. Untuk menghemat waktu, dia tidak berhenti merespons.

“Atur penjaga untuk mengantar Ye Jian ke teman sekelasnya …” Sebelum dia bisa mengatakan kata ‘rumah’, dia telah mendengar derap langkah kaki mendesak dari belakang. Gadis itu bergegas begitu cepat sehingga dia tidak takut jatuh!

Sebelum menyelesaikan perintahnya, Xia Jinyuan berbalik dan melangkah maju, dengan ekspresi dingin di wajahnya. Ketika dia berdiri di ujung tangga lantai pertama dan mendongak, dia melihat sesosok tubuh ramping berlari ke arahnya, seperti anak muda yang berjalan dengan ceroboh menuju hutan.

Ye Jian, yang sedang terburu-buru, tidak berharap bahwa dia akan tiba-tiba muncul. Menanggapi dengan cepat, dia mundur selangkah dan memegangi pegangan tangga dengan mantap.

Dari perkiraannya, dia pikir dia bisa menghentikan langkahnya sebelum menabrak Xia Jinyuan.

Namun, seperti yang dilihat oleh Xia Jinyuan, dia pasti akan jatuh seperti pemula.

Dengan kedua tangan terbuka, dia secara otomatis naik ke tangga … Tenang seperti gunung, dia memegang Ye Jian erat-erat di tangannya.

Di sisi lain, penjaga yang tiba menafsirkan pemandangan itu secara berbeda. Gadis itu, enggan melihat pria itu pergi, mengejarnya. Sementara pria itu, yang tidak mau pergi juga, merasakannya mendekat dan berbalik, memeluk gadis yang mengejarnya.

Itu adalah adegan yang dipenuhi dengan romantisme total.

…

Segera, Xia Jinyuan menyadari betapa tak terduga gerakannya. Menarik tangannya dengan tenang, dia tersenyum pada Ye Jian, yang sepertinya takut. “Lain kali hati-hati. Cara Anda berlari sekarang membuat orang khawatir bahwa Anda mungkin akan mengalami kecelakaan. “

Gadis kecil itu sangat kurus. Dia sangat ramping sehingga dia bisa melingkari pinggangnya dengan satu tangan.

Dengan dingin, Ye Jian menatap pria yang mundur dengan tenang. Merasa lega, dia menghela napas dalam-dalam untuk mencegah dirinya menggertakkan giginya.

Melihatnya, dia berkata dengan dingin, “Saya telah berdiri teguh. Itu salah penilaian Anda. “

Di depan gadis ini, Xia Jinyuan selalu memiliki perasaan halus bahwa dia canggung dalam berbicara.

Sudut bibir tipisnya menunjukkan sedikit senyum pasrah. Tetapi ketika dia berbalik dan menatap penjaga itu, wajahnya yang tampan dingin dan keras, seolah-olah dia tidak pernah tersenyum.

Tampilan penjaga itu halus. Xia Jinyuan meliriknya dengan dingin dan berkata dengan suara yang dalam, “Apa yang kamu pikirkan? Bawa saja dia ke rumah teman sekelasnya dan hati-hati. “

Gambar dalam pikiran penjaga menghilang. Sambil memberi hormat kepada Xia Jinyuan, dia menjawab dengan suara yang dalam dan tegas, “Ya, tuan!”