Chapter 8

Bab 8: Perselisihan atas Kabin Kapal

Penerjemah: John_Cui Editor: Zayn_

Itu adalah hari ketujuh dari masa tinggal Glenn di kediaman Duke. Sorcerer Dior telah tiba di Pelabuhan Krakatau untuk membawa calon penyihir yang baru terpilih ke Lilith School of Sorcerers. Apollo, kelompok siswa dan Adipati, serta sejumlah besar pengagum penyihir, telah datang ke pelabuhan untuk menyambut Dior.

Dior mengenakan jubah hitam panjang. Wajahnya dikaburkan oleh lapisan tipis kabut, seperti yang dimiliki Sorcerer Apollo. Yang membedakannya dari Apollo adalah mata kanannya. Itu ditutupi dengan tambalan hitam, seperti mata bajak laut, dan ia memiliki dahi yang pucat, yang bisa ditangkap melalui kabut dari waktu ke waktu.

“Bagaimana pilihanmu? Berbuah? ”Tanya Apollo setelah dia menyambut Dior dengan membungkuk.

“Itu luar biasa. Saya telah merekrut ratusan siswa. Dan saya telah menghasilkan banyak uang, "jawab Dior dengan gembira.

Dior memiliki pekerjaan yang sama dengan Apollo – merekrut penyihir potensial – dan mereka masing-masing bertanggung jawab untuk memilih dari wilayah yang ditugaskan kepada mereka.

Apollo sangat terkejut dengan banyaknya murid yang dipilih Dior karena dia hanya memilih tujuh!

Apollo tidak menunjukkan tanda-tanda kejutan. Dia menjawab dengan anggukan dan katak di tangannya membuat suara ribut.

“Sungguh tontonan yang luar biasa! Indah! Anda mengatur semuanya dengan sangat luar biasa, ”kata Sorcerer Dior kepada Duke, yang berdiri di samping Apollo.

Dior merujuk pada upacara grand send-off dengan mengatakan 'mengatur'.

Meskipun mayoritas orang banyak datang secara sukarela karena kekaguman mereka pada para penyihir, beberapa dari mereka memang dibayar untuk melakukannya. Jadi, secara teknis, itu adalah "pengaturan".

"Tapi jangan membuat anak-anak ini terlalu bangga. Mereka mungkin dimanjakan oleh keangkuhan dan keadaan seperti itu, ”lanjut Dior, melirik para siswa.

Glenn memperhatikan fakta menarik tentang Dior. Dia terus melayang beberapa inci dari tanah ketika dia berbicara dengan Apollo dan Duke.

"Mungkin itu kebiasaan yang dikembangkan untuk membuatnya terlihat kurang pendek," pikir Glenn.

"Saya berharap bahwa mereka akan kembali untuk berkunjung suatu hari nanti ketika mereka menjadi tukang sihir," jawab Duke.

"Kesempatan kecil! Anda tahu betul betapa sulitnya menjadi seorang penyihir! "Kata Dior dengan tatapan mencemooh di wajahnya," Untungnya, saya berhasil mendapatkan dua siswa yang diuji pada 15 poin kekuatan mental. Sangat berbakat! Saya ingin mereka belajar sihir di bawah saya, tetapi ada hambatan. Sepertinya mereka memiliki koneksi di Sekolah Lilith dan beberapa penyihir lainnya juga menginginkannya. ”

"Daripada kekuatan mental, pengetahuanlah yang paling penting." Apollo menggelengkan kepalanya.

"Pengetahuan dan bakat berjalan berdampingan," balas Dior.

Setengah jam kemudian, para pelaut selesai memasok makanan, air bersih, minuman, bahan bakar, dan kebutuhan lain yang cukup bagi kapal.

Dior berkata dengan datar kepada Apollo dan Duke:

“Ini dia. Aku pergi."

"Aku akan kembali ke sekolah dan melihat tujuh anak dalam 20 tahun mungkin, jika perjalanan ke Dunia Bawah Tanah berjalan baik." Apollo membungkuk pada Dior untuk mengucapkan selamat tinggal.

"Sekarang, naiklah, kalian semua." Dior berteriak kepada para siswa.

Anchor menimbang, kapal berlayar dari Pelabuhan Krakatau.

Ketika kapal sudah tidak terlihat, kerumunan mulai menipis. Apollo mengucapkan selamat tinggal pada Duke dan pergi.

Di atas kapal besar, tujuh siswa yang telah dipilih oleh Apollo – Glenn, Robinson, Lafite, Chris dan Nina Hank, Wade dan Sam – dengan cepat menemukan bahwa mereka bukan satu-satunya kandidat di kapal.

“Aturan nomor satu: TIDAK ADA STRIFE INTERNAL. Membunuh dukun dari sekolah yang sama tidak pernah dan tidak akan pernah ditoleransi. Jika seseorang berani melanggar aturan ini, Anda akan terbakar dalam api selama tujuh hari sebelum dilemparkan ke laut untuk hiu, "kata Dior ganas.

"Aturan nomor dua: JANGAN DATANG KEKU. KECUALI SESEORANG YANG TELAH DIKALAHKAN KEMATIAN," lanjut Dior dengan suara mengancam.

"Barron, berikan kartu kamar dan awasi mereka," Dior menangis kepada seorang bocah berkulit gelap, yang ada di sampingnya.

Dior kemudian berjalan langsung ke gubuknya, tidak bermaksud mengambil waktu sedetik pun bersama anak-anak.

"Ya, Tuan," jawab Barron.

"Aku Barron, seorang Legend Knight [1]. Ayo cari aku jika terjadi hal buruk. ”Barron tampak serius. "Apa pun … seperti kecantikan yang dianiaya." Barron berkata dengan jahat sambil mengamati matanya dari atas ke bawah, Lafite dan Nina.

Barron bertelanjang dada pada saat itu, dan otot-otot dada yang besar, yang bertindak sebagai sinyal bahwa ia adalah seseorang yang tidak bisa dianggap enteng.

"Huh, jika seseorang memiliki keberanian untuk melakukan itu, aku akan menjamin bahwa dia akan disajikan sebagai makanan untuk hiu." Lafite mengambil pandangan agresif.

"Aku akan mati sebelum aku membiarkan siapa pun menyentuh adikku!" Kata Chris dengan nada mengancam yang sama dengan Lafite.

Adik perempuan Chris, Nina memerah karena malu, dan menyembunyikan kepalanya di belakang punggung kakaknya.

Pada titik itu, tampaknya pertengkaran besar sedang terjadi.

Barron telah berpengalaman dalam pertarungan nyata, jadi dia tidak takut. Tapi dia punya niat untuk mengambil pria tangguh. Sebaliknya, dia mendecakkan lidahnya, menggeledah kotak kayu untuk kartu kabin. Dia kemudian menampar kartunya dan melangkah pergi.

Kelompok itu mulai menemukan kabin mereka sesuai dengan kartu di kapal berlantai lima.

Lafite dialokasikan ke sebuah kamar di dek pertama, yang terendah, dan wajahnya menjadi pucat karena nasib buruknya. Masuk akal bahwa semakin rendah tempat tinggal, semakin buruk kondisinya, karena kabin di bawah air berisik karena percikan air dan suara dengung mesin.

Glenn berakhir di lantai tiga. Baginya baik-baik saja karena kondisinya baik-baik saja, selain itu ia telah mengalami hal-hal yang jauh lebih buruk ketika tinggal di pedesaan bersama Old Ham.

Chris dan Nina Hank beruntung memiliki kamar di lantai lima, dan mereka membagikannya. Mereka bersemangat mendengar berita itu dan melaju dengan gembira ke arahnya.

“Kartu apa? Apakah itu penting? … keluarlah dari sini. "Sebuah suara kasar muncul di kabin Chris dan Nina. Suara itu begitu keras sehingga hampir semua orang di lantai lima menyodokkan kepala mereka keluar dari kabin mereka untuk melihat apa yang terjadi.

Kabin Chris dan Nina telah diambil oleh seseorang.

"Ini kamar saya. Anda ingin menempuh jalan yang sulit? "Chris Hank balas, sementara Nina takut dan menarik baju kakaknya.

Melihat Nina merintih, pria di pondok itu sedikit terangsang secara seksual. Dia kemudian tertawa dengan muram:

"Biarkan kecantikan kecil tetap. Dia bisa tinggal di sini ”Pria itu menyeringai pada Nina, yang sedang menarik kemeja kakaknya lebih berat, seolah-olah memohon Chris untuk menyerahkan kabin.

"Kamu sudah mati!" Bentak Chris.

Seperti lebah yang sarangnya diaduk, Chris mengepalkan tinjunya dan melemparkan pukulan ke arah hidung bocah itu.

Kedua anak laki-laki itu kemudian bentrok, menarik, mendorong, menyikut dan menendang …

Grup Glenn telah melacak suara itu dan datang.

"Sebagai teman, kita seharusnya melangkah," kata Wade. Tapi dia terlalu takut untuk bergerak.

Sam menyaksikan perkelahian dengan dingin dan bergumam: "Itu bukan urusan saya."

Wade merengut mendengar pernyataan Sam yang apatis meskipun dia sendiri tidak menunjukkan tanda-tanda akan naik untuk membantu.

Glenn dan Robinson-lah yang akhirnya mengakhiri pergumulan itu. Mereka datang dan melepaskan kedua bocah itu.

Glenn memuji Chris karena tubuhnya yang kokoh sementara dia mengintimidasi bocah yang lain, yang matanya bengkak, untuk pergi.

"Kamu tinggal. Aku akan mendapatkan bantuan! "Desis bocah itu ketika dia berlari dengan marah.

"Aku tidak ke mana-mana. Ambil teman-temanmu, ”jawab Chris, tidak menunjukkan tanda-tanda bergerak sama sekali.

"Ini semakin tidak terkendali." Glenn menghela nafas.

___________________________________________________

Catatan kaki:

Legenda Ksatria adalah kemampuan militer terbaik yang diakui, gelar yang dianugerahkan oleh sistem pemungutan suara, bukan raja, di mana semua surat suara yang dilemparkan oleh ksatria lain akan dihitung.