Chapter 1057 – Can You Come with Me? (17)

Bab 1057: Bisakah Anda Ikut Dengan Saya? (17)

Penerjemah: Editor Nyoi-Bo Studio: Nyoi-Bo Studio

Su Qing berdiri tegak di pinggir jalan dan menunggu sampai mobil Qin Jiayan menghilang di tikungan jalan sebelum dia terhuyung mundur selangkah dan bersandar di pohon. Dia perlahan-lahan meluncur ke belalainya, berjongkok di tanah, dan membenamkan wajahnya di telapak tangannya sambil menangis.

Bahkan bertahun-tahun yang lalu, Su Qing sudah tahu bahwa mereka tidak ditakdirkan untuk bersama, tetapi hanya pada saat ini, setelah membuat perpecahan yang bersih, dia menyadari bahwa hatinya masih bisa meremas kesakitan karena Qin Jiayan.

Jiayan, maafkan aku. Aku hanya memilih untuk meninggalkanmu saat itu karena betapa aku menginginkanmu ketika aku kehabisan akal.

Jiayan, aku mencintaimu. Dan itu karena aku terlalu mencintaimu sehingga aku lebih suka mengorbankan diriku sendiri daripada membebani kamu.

Selamat tinggal, Jiayan… Qin Jiayan…

Meskipun Su Qin berusaha keras untuk menekan emosinya, suara isak tangisnya semakin keras.

…

Qin Jiayan menatap lurus ke depan ke jalan saat dia menginjak pedal gas. Bahkan ketika mobilnya mencapai kecepatan maksimum, dia tidak menunjukkan tanda-tanda melambat.

Saat mendekati Yaho Apartments, dia tiba-tiba menginjak rem dan berhenti di tengah jalan. Seolah jiwanya telah meninggalkan tubuhnya, dia tetap linglung untuk waktu yang lama sebelum dia menginjak pedal gas dan berbalik untuk menuju ke vila Gu Yusheng.

Saat itu sudah larut malam ketika dia tiba, dan semua orang di keluarganya sudah tertidur. Qin Jiayan memasukkan kata sandi dan diam-diam membuka pintu. Setelah dia memasuki rumah dan hendak menuju ke atas, pintu kamar tidur di lantai pertama terbuka, dan Ibu Qin berjalan keluar dengan piyamanya. “Jadi, itu kamu, Jiayan…”

Berpikir bahwa dia telah membangunkannya dengan tiba di tengah malam, Qin Jiayan merasakan sedikit rasa bersalah. Tepat ketika dia hendak meminta maaf, Ibu Qin memperhatikan bahwa dia mengenakan piyamanya dan mulai rewel. “Jiayan, kenapa kamu di sini dengan piyama? Apakah ada yang salah?”

“Tidak, saya baru saja meninggalkan dokumen di sini dan saya membutuhkannya untuk besok pagi, jadi saya bergegas tanpa mengganti pakaian.” Qin Jiayan membuat alasan acak dan mengabaikannya.

Ibu Qin memercayainya dan tampak lega. Dia lalu berkata, “Jiayan, apakah kamu lapar? Apakah kamu ingin makan sesuatu? ”

Jiayan menggelengkan kepalanya saat dia berdiri di tangga. “Bu, kamu harus kembali ke tempat tidur. Aku akan naik ke atas dan istirahat juga. ”

Ibu Qin mengangguk dan berbalik untuk berjalan kembali ke kamar tidur.

Dengan cahaya redup dan bersinar dari tangga, Qin Jiayan melihat garis-garis rambut perak di kepala ibunya. Dia merenungkan tentang bagaimana pikirannya telah sepenuhnya disibukkan dengan urusannya sejak saudara perempuannya memperoleh kebahagiaannya sendiri. Ibunya terus-menerus berharap bahwa dia akan segera memulai keluarganya sendiri dan menjalani kehidupan yang stabil. Dia merasa tenggorokannya tercekat, dan dia tiba-tiba berteriak, “Bu.”

Ibu Qin berhenti dan tersenyum penuh kasih pada Qin Jiayan.

Qin Jiayan menelan ludah dan, seolah-olah dia telah memutuskan sesuatu, dia berkata, “Bisakah kamu mengatur agar aku bertemu dengan gadis-gadis yang baru saja kamu temukan untukku? Saya memiliki lebih banyak waktu luang akhir-akhir ini. ”

Ketika Ibu Qin mendengar ini, senyumnya mencapai sudut matanya, dan dia segera berkata, “Oke!”

Qin Jiayan menanggapi dengan senyum hangat. “Selamat malam ibu.”

Qin Jiayan menunggu sampai Ibu Qin kembali ke kamarnya sebelum dia berbalik dan menuju ke atas.

Saya telah menyiksa ibu dan diri saya sendiri untuk waktu yang sangat lama karena ketidakpastian Su Qing. Dan malam ini, saya menggunakan semua keberanian dan gairah saya lagi, tetapi saya masih tidak berhasil mendapatkannya kembali. Mungkin ini saatnya bagi saya untuk memulai kembali.

Qin Jiayan mendorong pintu kamar tidurnya dan berjalan menuju balkon. Saat dia menatap malam gelap gulita di luar jendela, dia berkata dalam hati, “Menyerah, Jiayan. Selamat tinggal, Su Qing, ”sementara matanya memerah.