Chapter 153: The Swordsman

Bab 153: Pendekar Pedang

Penerjemah: Editor Transn: Transn

Gu Shenwei tanpa sadar memegangi pedangnya. Dia memiliki dua jenis senjata di selempang pinggangnya – parang dan pedang. Parang itu digunakan untuk menutupi dan pedang itu paling cocok sebagai pisau pembunuh. Karena kemunculan tiba-tiba lawan yang sangat ahli, dia lupa perannya sebagai pembunuh Benteng Golden Roc dan karenanya harus lebih berpengalaman dalam seni menggunakan parang.

Kebanyakan kerajinan pedang yang ada dapat dianggap aneh dan enak dipandang tetapi tidak praktis. Oleh karena itu, dalam jianghu yang tanpa ampun dan nyata, pendekar pedang tidak pernah menjadi arus utama tetapi mereka tidak pernah kekurangan keterampilan. Selalu ada beberapa dari mereka yang memiliki ilmu pedang seperti dewa dan peringkat tinggi di atas seniman bela diri lainnya. Ye Silang adalah salah satunya.

Ye Siling tidak pernah suka berbicara dan telah mengabdikan hidupnya untuk pedangnya, karenanya dia dikenal sebagai "Pedang Pengorbanan".

Dia seperti orang-orang yang terobsesi dengan seni atau keterampilan tertentu dan berada di dunia mereka sendiri dan hanya bersedia menghabiskan paling sedikit upaya untuk menangani 'gangguan' di luar fokus mereka. Bagi Ye Silang, selain pedang dan lawan, individu atau masalah lain apa pun tidak ada di matanya.

Niat membunuh yang dia berikan berbeda dari yang lain dan Gu Shenwei bisa merasakan sedikit perbedaannya. Ini adalah seseorang yang bosan dengan hidupnya sendiri dan tidak akan berpikir untuk membunuh orang lain, tanpa ketakutan atau kegembiraan yang menyertainya – membunuh seperti apa adanya.

Gu Shenwei memegang batang pedangnya erat-erat. Dia tidak tahu apakah itu karena ada terlalu banyak orang yang menyebabkan gangguan sehingga dia tidak bisa merasakan energi lawannya mengalir melalui semua makhluk hidup. Itu adalah titik serangan seperti yang disebutkan dalam Kitab Suci Kematian.

Ye Siling tidak setenang dia muncul di permukaan. Dia berpegangan pada batang pedangnya juga dan mempelajari pembunuh muda dari tempat dia berdiri di antara kerumunan. Pemuda itu tampak normal seperti tukang mesin lainnya, lemah dan bodoh, namun ketika dia hendak menghunus pedangnya, auranya tiba-tiba berubah menjadi milik orang lain.

Di mana niat pembunuhannya? Ye Siling tidak bisa memahaminya. Ketika pemuda itu berada dalam perselisihan dengan Tuan Muda Kelima Meng, dia sesekali melepaskan niat membunuh, namun sekarang tidak ada – hanya nafas yang stabil dan terus menerus. Nafas Internal pemuda itu telah menyebar ke seluruh saraf dan tendon di seluruh tubuhnya dan menyatu dengan pedang ini. Jelas ini adalah sikap yang darinya dia bisa membunuh dalam pukulan, namun tidak ada niat membunuh darinya.

Mereka berdua belum menggambar pedang mereka tetapi hanya rasa gentar tumbuh di masing-masing. Keduanya memandang duel tak disengaja ini sebagai pertarungan sulit pertama dalam hidup mereka.

Waktu yang dihabiskan saat mereka berhadapan tidak dianggap lama dan Meng Mingshi disingkirkan oleh Marquis Gao dari bahaya. Para penonton juga hanya berdesak-desakan untuk posisi terbaik, siap untuk menonton tontonan yang mematikan.

Haruskah dia membunuh? Apakah kerajinan pedangnya akan terbuka? Tidak masalah bagi Gu Shenwei lagi, kehendaknya semua terkonsentrasi pada pendekar pedang muda.

Tuo Nengya masih memainkan peran sebagai pengganggu. Pada malam ini, dia sepertinya tidak ingin agar Tuan Muda Kelima Meng bersenang-senang. Dia maju lagi, berjalan ke tengah di mana kedua pendekar pedang itu menghadap ke belakang dan menggelengkan kepalanya, "Aku belum setuju, apa yang kalian berdua perjuangkan?"

Kali ini, orang yang merasa posisinya dirusak adalah Marquis Gao. Dia menyimpan kipas kertasnya dalam kebingungan dan berkata, "Bos Tuo, Anda juga seseorang yang berpengalaman dalam jianghu, apakah Anda benar-benar tidak tahu aturannya?"

Tuo Nengya menghela nafas, dan dua puluh orang machet membentuk barisan dan berbaris maju, menghalangi jalan pembunuh muda itu.

"Bos Tuo sudah tua dan hanya ingin menemukan tuan yang bisa diandalkan. Tuan Muda Kelima Meng dan Marquis Gao, bukan karena aku tidak suka kekayaan, tetapi Perkumpulan Naga Bertanduk baru saja dibentuk dan sangat ambisius. Mengapa kamu perlu untuk menyewa machetemen dengan satu kaki di kuburan seperti kami banyak? Saya tidak ingin menahan kalian berdua dan kami tidak berani menerima tawaran Anda. Terima kasih atas cinta dari kedua tuan dan tolong biarkan kami orang tua pergi. "

Machetemen dari geng Tuo Nengya berusia sekitar empat puluh tahun, dan tidak muda tetapi juga tidak bisa dianggap terlalu tua. Dengan tidak menghargai dirinya sendiri, dia ingin menyelesaikan krisis yang terjadi di depannya dengan damai.

Meng Mingshi dan Marquis Gao telah membawa banyak machetemen bersama mereka bersama pendekar pedang Ye Silang, oleh karena itu mereka secara alami tidak takut pada Tuo Nengya. Namun, tujuan mereka adalah Budak Huan dan tidak ingin terlibat dalam perkelahian massal.

Sementara mereka berdua ragu-ragu, Ye Silang tiba-tiba melepaskan pedangnya dan berjalan ke sisi Marquis Gao, mengucapkan beberapa kata dengan cermat ke telinganya. Marquis Gao langsung tersenyum sedikit setelah wajahnya bergerak sedikit. Dia berkata, "Cara-cara dunia telah berubah, bahkan tumpukan perak tidak dapat mempekerjakan sekelompok lelaki tua. Karena Boss Tuo telah membuat pilihannya sebagai tuan yang lebih baik, kita hanya bisa mengetahui posisi dan berhenti dari kita."

Karena itu, konfrontasi menjadi sia-sia dan Tuo Nengya dan Gu Shenwei sangat terkejut. Meng Mingshi dan orang-orang yang dibawanya juga tidak tahu apa-apa, tetapi karena Marquis Gao sudah berbicara, tidak ada yang berani menentangnya. Mereka hanya bisa meninggalkan Hutan Rouge, merasa kecewa setelah semua kegembiraan. Tuan Muda Kelima Meng berlari ke sisi Marquis Gao dan Ye Silang dan memancing dengan terengah-engah karena alasan itu dengan suara lembut.

Hanya ketika machetemen tua dan pembunuh muda ditinggalkan di hutan, Tuo Nengya berbalik untuk menghadap tuan barunya dan membungkuk hormat. Dua puluh over machetemen juga melakukan hal yang sama.

Gu Shenwei menerima gerakan itu dengan tenang dan membawa para machetemen kembali ke Kota Selatan. Ketika itu tepat sebelum fajar, dia membawa mereka ke rumah yang telah disewanya untuk Tuan Muda Kesepuluh.

Bigmouth Liu bangun pagi-pagi dan terkejut ketika melihat Tuo Nengya dan geng. Dia buru-buru menarik atasan mudanya ke suatu sisi dan bertanya apa yang sedang terjadi – tukang machet ini awalnya disewa oleh Tuan Muda tertua, bagaimana mereka bisa bekerja untuk Tuan Muda Kesepuluh sekarang?

Gu Shenwei berpegang teguh pada pandangannya dan memerintahkan Bigmouth Liu untuk membawa akuntan dan petugas dokumentasi. Sebuah kontrak dibuat dan disahkan dan semua prosedur diselesaikan.

23 pria bersenjata dipekerjakan dan di dalam Golden Roc Fort mereka dikenal sebagai machetemen. Yang Huan hanya kepala mereka tetapi tuan mereka yang sebenarnya adalah Tuan Muda Kesepuluh yang belum kembali.

Setelah semuanya selesai, Gu Shenwei meminta Bigmouth Liu untuk memanggil semua karyawan di istana.

"Bawa dia." Setelah semua orang hadir, Gu Shenwei memberi perintah.

Para machetemen yang baru saja menandatangani kontrak mereka ingin berkontribusi dan segera dua dari mereka maju dan menekan Bigmouth Liu, yang dengan cepat berubah menjadi hijau, ke posisi berlutut di lantai.

Bigmouth Liu tidak bisa mengendalikan keterkejutan dan ketidakpercayaannya, "K-kamu, apa yang kamu lakukan? Budak Huan, Yang Huan, jangan panggil tembakan di sini."

"Karena Tuan Muda Kesepuluh tidak ada, saya membuat keputusan di sini," kata Gu Shenwei dengan dingin.

"Meski begitu, kamu tidak bisa bertindak lalai, untuk apa kamu menangkapku?"

"Untuk berkomunikasi dengan musuh, memberikan informasi kepada mereka secara rahasia dan mengkhianati Tuan Muda Kesepuluh."

"Aku tidak, jangan kamu membuat tuduhan palsu tentang aku." Bigmouth Liu masih dengan gigih berpegang teguh pada kisahnya.

Gu Shenwei memberi isyarat kepada para machetemen untuk membiarkan Bigmouth Liu pergi dan berbicara dengan lebih tenang, "Saya tahu, di mata Anda, keluarga Meng dan Kastil Batu adalah sekutu, oleh karena itu bagaimana mereka bisa menjadi musuh bagi Anda? Anda memberitahukan keberadaan saya kepada orang lain tanpa berpikir. dan tanpa kedengkian. "

Wajah Bigmouth Liu benar-benar merah. "Bukan aku, kamu berjalan-jalan di hutan, begitu banyak yang melihat itu, bagaimana kamu bisa mengatakan itu adalah aku?"

Gu Shenwei menatap kepala pelayan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Bigmouth Liu tahu bahwa lidahnya tergelincir – Gu tidak menyebut Hutan Rouge tetapi dia sendiri berkata "di hutan". Wajahnya berubah menjadi putih sekali lagi dan menundukkan kepalanya. "Aku bisa mengatakan sedikit dengan santai, yang diteruskan pada klan Meng. Namun, aku tidak bertemu Tuan Muda Kelima atau mengkhianatimu."

Begitu "Tuan Muda Kelima" keluar dari mulutnya, semuanya terbukti benar. Gu Shenwei menggambar pedangnya dan berkata, "Bagaimana mungkin seseorang yang banyak bicara seperti Anda bisa bekerja sebagai kepala pelayan pembunuh?"

Bigmouth Liu berubah menjadi hijau lagi tetapi tidak percaya Budak Huan akan berani membunuhnya – dia adalah kepala pelayan yang ditunjuk oleh Kastil Batu dan tidak ada yang disewa dari jalanan yang disewa untuk melakukan pekerjaan kasar oleh budak ini. "Hanya Tuan Muda Kesepuluh yang bisa menghukumku."

Gu Shenwei mendorong pedangnya ke dada Bigmouth Liu hingga gagangnya. "Ini adalah kalimat Tuan Muda Kesepuluh." Dia kemudian memperhatikan sampai tidak ada lagi darah yang keluar dari mulut Bigmouth Liu, mengeluarkan pedang dari tubuhnya dan mengembalikannya ke sarungnya setelah dibersihkan. Dia kemudian berkata kepada para pelayan, "Lemparkan ke luar tembok kastil."

Para pelayan buru-buru maju dan dengan canggung mengangkat mayat itu. Setelah kejadian ini, mereka semua tahu bahwa jika mereka ingin bekerja di rumah ini, mereka harus tutup mulut seolah-olah mereka bisu.

Gu Shenwei memanggil Tuo Nengya sendirian ke salah satu rumah dan menanyainya tentang latar belakang Marquis Gao dan Ye Silang.

Nama asli Marquis Gao adalah Gao Zhen. Dia benar-benar Marquis dan hanya saja dia telah meninggalkan tanah kelahirannya untuk Kota Giok bertahun-tahun yang lalu, membawa serta harta dan kekayaan tak terhitung yang cukup untuk bertahan selama bertahun-tahun yang akan datang. Dia memiliki jaringan yang luas dan merupakan salah satu tuan muda terkenal dari Kota Selatan. Tuo Nengya percaya bahwa ada peluang delapan puluh atau sembilan puluh persen bahwa dalang dari Perkumpulan Naga Bertanduk adalah Marquis Gao, atau setidaknya dia adalah salah satu dalang di baliknya. Adapun Tuan Muda Kelima Meng, ia masih muda dan tidak mampu dan kemungkinan besar hanya kantong uang.

Ye Silang datang dari latar belakang yang lebih rumit. Dia tampaknya memiliki darah bangsawan tetapi desas-desus itu tidak pernah dikonfirmasi. Bertahun-tahun yang lalu ia telah menjadi murid dari banyak seniman bela diri terkenal dan bahkan memasuki Golden Roc Fort untuk mempelajari teknik parang. Pada akhirnya, dia beralih belajar ilmu pedang tujuh tahun lalu dan ketika dia kembali ke Kota Giok tiga tahun lalu dia sudah menjadi seniman bela diri tingkat atas yang ulung. Banyak machetemen yang datang untuk menantangnya telah jatuh di bawah pedangnya.

"Tidak ada yang bisa mengalahkannya dalam duel," kata Tuo Nengya ketika dia menyapu mata pedang yang tergantung di pinggang pemimpinnya. Ye Silang tiba-tiba gemetar ketakutan karena pedang ini, sesuatu yang aneh yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun pemuda ini masih berbohong untuk mengatakan bahwa dia tidak tahu kerajinan pedang.

Gu Shenwei tidak bermaksud memberikan penjelasan apa pun tentang masalah ini. Bahkan, dia membutuhkan penjelasan pihak lain untuk tingkat yang lebih besar.

"Kamu ingin membalas dendam untuk Tuan Muda tertua." Gu Shenwei mengubah topik pembicaraan tiba-tiba dan langsung ke pokok permasalahan. Dia sangat jelas bahwa hanya tipe orang tertentu yang akan melepaskan seribu tael untuk lima ratus perak sebulan: seseorang yang bertekad membalas dendam.

"Jika seorang pembunuh tidak membalas dendam pada tuannya, mengapa seorang tukang mesin repot-repot?" Tuo Nengya tampak tidak tergerak.

"Seorang pembunuh tidak memiliki perasaan, tetapi seorang tukang mesin selalu membalas kebaikan dengan kebaikan dan keluhan dengan balas dendam."

Tuo Nengya menyebutkan sebelumnya bahwa dia melayani Yong Master Shangguan Chui yang tertua karena dia berutang budi padanya. Dia berkata dengan serius, "10 lebih dari tahun yang lalu, saya baru saja datang ke Kota Giok dan seorang pembunuh dari Kastil Batu memperkosa istri saya dan bahkan membunuhnya. Saya menemukannya setelah setahun dan membunuhnya sebagai pembalasan. Pembunuh ini disewa oleh Tuan Muda tertua. Dia tidak membunuhku karena kejadian ini dan bahkan menawariku untuk mengambil alih tempat si pembunuh. Aku menolak tawarannya dan Tuan Muda tertua tidak marah. Sama seperti ini, setelah 10 tahun, dia mempekerjakan machetemen dan aku membawa saudara-saudaraku untuk bekerja di bawahnya. Karena itu, aku berutang budi padanya dan membencinya sampai ke intinya. Karena dia, aku tidak pernah bisa membalas dendam pada Kastil Batu. "

Pemuda itu memandangi si tukang mesin tua. Ada bentuk kebencian yang sama di antara mereka, tetapi mereka adalah dua orang yang berbeda, berjalan di dua jalan yang berbeda untuk membalas dendam mereka. Tidak ada rasa terima kasih di hati pemuda itu dan dia tidak akan berhenti membunuh untuk siapa pun.

"Apa pun yang terjadi, tanpa aku, kamu dan orang-orangmu tidak diperbolehkan mendekati Tuan Muda Kesepuluh sendirian. Aku selalu menyerang lebih awal dan tidak pernah menunggu sampai semuanya selesai untuk membalas dendam."

"Hei," tawa Tuo Nengya. "Sepertinya kamu bukan kepala yang mudah ditangani."

Sore itu, Gu Shenwei dan Tuo Nengya kembali ke Hutan Rouge dan menyewa 28 machetemen lain dengan tarif bulanan dua ratus tael perak. Sekarang ada total 51 pria berkumpul dan cukup untuk membentuk apa yang digambarkan Tuo Nengya sebagai "Formasi Parang Tak Terkalahkan".

Gu Shenwei dengan sengaja memilih orang-orang yang tidak akrab dengan Boss Tuo untuk mencegah pria tua itu mengkonsolidasikan kekuatannya sendiri. Tuo Nengya mengambil semuanya dengan tenang dan tidak pernah mengatakan sepatah kata pun di oposisi.

Pagi berikutnya, Gu Shenwei kembali ke Kastil Batu dan mengundang Tuan Muda Kesepuluh untuk turun gunung.

Organisasi pembunuh kecil ini harus menghasilkan uang dengan cepat karena 20 ribu tael perak yang tersisa tidak akan mampu membayar biaya dan gaji sebulan. Gu Shenwei tidak ingin memanfaatkan warisan Tuan Shifu-nya pada tahap awal.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami agar kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.