DRG – Chapter 142

Bab 142: Menawan Kuku

Penerjemah: MrJ_ Editor: Zayn_

Setelah mereka selesai makan, Gyatso dan biarawan itu mengucapkan selamat tinggal dan pergi. Mereka perlu istirahat karena mereka telah berjuang keras dengan bayi yang kesal beberapa hari terakhir. Su Bai berbeda; selain sedikit ketakutan di penjara, dia praktis dikurung di kandang selama sepuluh hari yang dianggap mudah dan nyaman di dunia cerita.

Su Bai duduk sejenak di samping meja makan. Ketika dia hendak pergi dan berjalan-jalan dengan kawan kecil dan Lucky, seseorang datang mengetuk pintu:

"Apakah itu Tuan Su? Apa kabar? Saya manajer yang bertugas di Paradise Intercontinental Hotel. "

Su Bai terkejut. Dia tidak tahu mengapa manajer itu menemukan dirinya sendiri dan bertanya, "Apakah ada sesuatu?"

Manajer membuka pintu tetapi tidak masuk. Dan berkata dengan nada minta maaf: "Mengapa Su tidak memberi tahu sebelumnya bahwa Anda tinggal di sini? Jika itu bukan untuk orang-orang di kantor belakang yang menemukan nama Su di log tamu, kami benar-benar tidak akan tahu. "

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Su Bai membawa teman kecil itu dan Lucky mengikutinya.

"Errr …" Manajer akhirnya menyadari bahwa Su Bai tidak sadar; dia tersenyum pahit dan berkata, "Mr. Su, Anda punya andil di hotel ini. ”

Su Bai tercerahkan, tetapi dia benar-benar tidak tahu. Aset yang ditinggalkan orang tuanya saat ini sedang dikelola oleh konsultan profesional. Baginya, sebelum ini, uang hanyalah serangkaian angka. Setidaknya dia tidak perlu khawatir tentang kebutuhannya sehari-hari seumur hidup ini; dia bahkan tidak perlu khawatir tentang penghidupannya. Saat ini, setelah menghadapi Radio Game Dreadful, dia bahkan lebih acuh terhadap hal-hal semacam ini. Jika uang di dunia nyata dapat ditukar dengan poin cerita, maka itu akan bagus. Setidaknya dia tidak perlu khawatir tentang beberapa peluru.

"Oh. Saya tidak punya masalah. Mengapa kamu tidak pergi sibuk saja? "Su Bai merasa bahwa manajer berasumsi bahwa dia diam-diam datang untuk mengamati, tetapi dia benar-benar tidak tahu dia benar-benar memiliki andil.

“Apakah kamu membutuhkan aku untuk meningkatkan kamarmu dan kalian berdua teman? Kami masih memiliki…"

"Tidak perlu, pengaturan saat ini sangat baik."

“Baiklah, Tuan Su, ini kartu nama saya. Anda bisa menelepon saya jika Anda butuh sesuatu. ”

Su Bai menerima kartu nama dan manajer segera pergi.

Pria kecil itu mengambil kartu bisnis berbingkai emas dari tangan Su Bai dan mulai bermain dengannya; dia bahkan menggigitnya dengan mulut. Ketika dia menyadari itu sulit dan tidak enak, dia mengerutkan alisnya.

"Besar. Setidaknya tidak perlu khawatir tentang uang untuk meningkatkan daya susu Anda, "Su Bai menggosok kepala kawan kecil itu.

Namun, kawan kecil itu sudah bisa makan stik drum pada hari pertama ia dilahirkan; sepertinya dia tidak perlu minum susu.

Lingkungan hotel itu tidak buruk. Ada ruang kaca humongous yang meliputi paviliun tepi sungai. Bintang-bintang di langit jelas terlihat, dan itu memberi orang perasaan aman dan tidak membuat mereka merasa terbelenggu.

Ada binatang-binatang kecil di air yang mengalir di bawah jembatan kecil. Orang kecil itu dibawa oleh Su Bai; kedua tangannya memegang pagar, dan matanya tertuju pada burung puyuh. Dalam waktu singkat, burung puyuh berbalik tetapi mengalihkan pandangannya dengan sangat cepat. Kemudian berenang santai ke tempat lain.

Pria kecil itu memasukkan jarinya ke mulut dan mulai mengisap. Lalu dia mengintip puyuh itu dan kemudian mengintip Su Bai.

"Sudah sangat menyedihkan di sini, jangan terus menyiksanya."

Pria kecil itu menganggukkan kepalanya dengan pandangan kabur. Segera, dia tertarik pada kaskade.

Pria kecil itu menginjak kakinya, ingin turun. Su Bai tidak punya pilihan dan berjongkok, meraih pinggang teman kecil itu, memastikan kedua tangannya memegang erat ke pagar. Ketika dia menyadari pria kecil itu cukup aman, dia melonggarkan cengkeramannya dan berdiri.

"Yi Ya Yi Ya Yo …"

Pria kecil itu berteriak tanpa henti, membuat beberapa bayi tak dikenal berbicara ke arah air terjun buatan manusia, jelas sangat bersemangat. Pria kecil itu tampak terlalu bersemangat dan kehilangan pijakan. Dia menyelinap melalui celah pagar dan jatuh ke kolam air mancur.

Ketika Su Bai hendak meraih untuk mengambil kawan kecil itu, Lucky bahkan lebih cepat dan melompat ke kolam dan berputar di sekitar kawan kecil itu, takut kecelakaan akan terjadi. Namun, Lucky jelas berpikir terlalu banyak. Su Bai mengingat adegan di mana kawan kecil itu berenang naik turun ketika dia dilemparkan ke dalam toples air untuk mandi pada hari pertama dia dilahirkan.

Setelah Lucky buru-buru melompat ke bawah, ia menyadari kepala kawan kecil itu berada di atas air, kaki-kakinya yang kecil dan gemuk mengalir di air dan dia bermain dengan gembira di kolam.

Lucky naik kembali ke pantai, mengibaskan tetesan air di bulunya dan terus menyendiri di tepi kolam renang.

Su Bai berjalan mendekat dan menepuk Lucky.

“Bagus sekali, kamu bisa membantuku merawat anak ini ketika aku memasuki dunia cerita. Itu bahkan lebih mantap dengan Anda sekitar dibandingkan memiliki pengasuh. "

Lucky tidak menjawab dan tetap duduk di sana.

Su Bai bertepuk tangan, berjalan mendekat dan membawa teman kecil itu keluar dari kolam.

“Baiklah, mulai dingin, berhenti bermain. Waktunya tidur."

Su Bai menuju kembali ke kamar sambil membawa kawan kecil dan Lucky mengikuti di belakang. Kawan kecil itu memang merasa sedikit lelah. Su Bai menempatkannya di tempat tidur, dan dengan patuh ia tertidur sambil meringkuk dan mengisap jempolnya. Lucky memiliki postur yang hampir sama dengan kawan kecil yang meringkuk di sebelah kawan kecil itu. Satu bayi dan satu kucing terlihat serasi bersama.

Su Bai menyadari bahwa kamarnya memiliki sebotol anggur merah tambahan. Meskipun dia tidak setuju untuk berganti kamar, hotel itu menaruh beberapa pertimbangan.

Dia menuangkan segelas anggur untuk dirinya sendiri dan berjalan ke balkon. Di bawah langit malam, hanya siluet gunung bersalju yang bisa dilihat, tetapi garis besarnya masih jelas.

Sambil menyesap anggurnya, Su Bai mengeluarkan teleponnya sendiri. Su Bai tidak memiliki banyak teman di WeChat karena karakter anti-sosialnya. Bahkan di universitas, tidak banyak siswa yang dekat dengannya.

Saat menggulir daftar teman-temannya, dia melihat foto profil Litchi. Gambar profil adalah gambar Lucky.

Su Bai tidak tahu di mana Litchi berada, juga tidak tahu apa yang dia lakukan di sana; dia tidak ingin tahu.

Su Bai meletakkan gelas anggur di pegangan tangga dan memegang pegangan tangga dengan kedua tangan. Dia menutup matanya dan menarik napas dalam-dalam. Udara memiliki bau suram dan sunyi yang sangat disukai Su Bai. Tempat ini benar-benar indah dengan perbukitan hijau dan air jernih, tetapi bagi kebanyakan orang, itu tidak cocok untuk tinggal dalam jangka panjang karena ketinggian di atas permukaan laut.

Pada saat ini, Su Bai menyadari seseorang telah mengiriminya pesan WeChat. Dia sedikit terkejut menemukan bahwa itu Aroma yang telah mengirim pesan padanya.

Sejak Aroma memberitahunya bahwa dia akan pergi ke kedutaan di Inggris untuk menjadi atase militer dan Klub Pembunuhan dibubarkan, mereka jarang menjalin kontak. Teman-teman seperti ini. Mayoritas teman yang tidak melakukan kontak setelah jangka waktu yang lama, hubungan mereka akan seperti itu.

"Apa yang sedang kamu lakukan?"

Aroma telah mengirim pesan ini.

Su Bai mengambil teleponnya, kamera menghadap ke depan, merekam klip pendek dan mengirimnya sesudahnya.

Segera setelah itu, Aroma mengirim pesan suara. Su Bai mengetuk tombol mendengarkan.

"Itu sangat indah. Anda melewati hari-hari Anda dengan baik. "

"Seharusnya siang hari di London, kan?" Jawab Su Bai.

"Salah. Saya baru saja kembali. Saya sekarang di Shanghai. "

"Kembali untuk urusan resmi?"

“En, sesuatu seperti itu. Ada beberapa hal yang saya kembali untuk menyelesaikan. "

"Kalau begitu semoga berhasil."

"Mengapa saya, sebagai seorang wanita, harus berterus terang, untuk mengundang anak ini, yang meninggalkan dirinya sendiri ke alam, untuk datang lebih cepat ke Shanghai untuk bertemu, makan dan berkumpul bersama?"

"Heh heh, aku pernah mendengar seseorang menuju ke salah satu rumah sakit di London."

"Baik. Oh benar, lihatlah momen Chu Zhao. Dia baru saja dipromosikan. ”

"Begitu cepat?" Su Bai mengerutkan alisnya. Bukan karena dia cemburu dengan promosi teman baiknya itu. Dia khawatir bahwa keluarga Chu Zhao menarik beberapa sengatan dari balik layar. Untuk seorang anak yang benar-benar tidak memiliki rasa memiliki dalam profesi kepolisian, semakin tinggi ia naik, semakin banyak masalah akan terjadi.

“Lihatlah momennya. Dia memamerkan tanpa malu-malu. "

Su Bai menyegarkan momen temannya dan melihat tulisan Chu Zhao diposting di momennya dua menit yang lalu. Itu adalah pesan gambar. Su Bai mengetuk pesan gambar dan membaca:

“Saya, Wang Baoqiang [1], sedang menceraikan istri saya, Ma Rong. Pernyataan sebagai berikut … '' Su Bai linglung sejenak.

"Aiyah, yang salah. Bukan ini. Orang ini masih bisa bergosip meskipun dia adalah seorang polisi. Dia sebenarnya berbagi skandal selebriti baru dan perceraian di saat-saatnya. "Aroma tak bisa berkata-kata.

Selebriti, bagi orang normal, mungkin luar biasa dan berada dalam posisi yang menonjol. Tetapi bagi mereka, yang berasal dari keluarga seperti ini, sebagian besar selebritis tidak berbeda dengan penyanyi opera pada zaman kuno. Jika mereka berada dalam suasana yang ceria saat makan, mereka bahkan bisa memanggil beberapa selebriti untuk ditemani.

“Dia bermain alasan detektif. Apakah Anda tidak membaca baris terakhirnya, Chu Zhao menambahkannya sendiri mengatakan direktur Chen Sicheng [3] dengan sengaja memberi isyarat kepada Wang Baoqiang bahwa ia dikhianati. Dalam film itu, Wang Baoqiang bertindak sebagai kantor polisi yang pergi ke luar negeri untuk menjauh dari rumah karena dia tahu istrinya sedang bermain-main dengan orang lain. ”

Su Bai tersenyum. Pria ini, Zhao Chu, pemikirannya cukup inovatif.

“Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan. Dia bahkan bisa berspekulasi tentang ini. ”Aroma jelas sangat tak bisa berkata-kata.

Segera, Su Bai menggulir ke bawah dan menemukan selfie yang diunggah satu jam yang lalu. Chu Zhao mengenakan seragam polisi dan tampak sangat gagah, dan sekelompok rekannya berputar-putar di sekitarnya. Ini harus menjadi pertemuan untuk merayakan promosinya. Di foto itu, Chu Zhao tampak bahagia. Sebagai teman baiknya, Su Bai berharap dia bisa mengatasinya dan tidak mengusir profesi polisi seperti di masa lalu.

Namun, segera, pemandangan Su Bai membeku, dia melihat sebuah tangan diletakkan di bahu Chu Zhao. Tidak jelas tangan siapa itu, tetapi tampaknya orang itu juga mengenakan seragam polisi. Tapi orang itu tidak ada di foto. Paku ibu jari terbuka, dan tampaknya milik seorang wanita. Kukunya cantik dan bahkan dicat dengan cat kuku hitam, tetapi Su Bai merasa ada yang tidak beres.

Dia segera membuka tangannya sendiri dan memasuki kondisi zombie.

Segera, Su Bai bisa melihat kuku tangan kirinya bertambah panjang. Ada kilau hitam dengan halasi samar.

Su Bai meletakkan ibu jarinya di telepon dan memperbesar gambar. Paku ibu jari itu berdampingan dengan kuku Su Bai.

"Ini … bukan cat kuku."