HMG – Chapter 53

Bab 53: Bagaimana Kasar

Penerjemah: Nyoi-Bo Studio Editor: Nyoi-Bo Studio

Gu Nianzhi menatap teleponnya; dia bertanya-tanya apa yang dilakukan Zhao Liangze di apartemennya. Pada saat ini, dia mendengar bunyi lonceng dari telepon Mei Xiawen, yang ditinggalkannya di atas meja. Itu adalah pesan teks.

Gu Nianzhi secara otomatis melirik ke telepon, dan melihat isi pesan tanpa maksud.

Itu dari Ai Weinan.

[Weinan]: "Ini waktu yang tepat untukku lagi. Saya merasa sangat tidak nyaman … Saya merindukan teh jahe yang biasa Anda buat untuk saya, bertahun-tahun yang lalu … "

Pikiran Gu Nianzhi terhuyung ketika melihat ini. Mulutnya bergerak-gerak ketika dia menyenggol telepon Mei Xiawen darinya.

Tak lama, Mei Xiawen muncul dengan nampan makan malam besar. Dia meletakkannya di depan Gu Nianzhi, dan memindahkan dua piring makanan yang ada di nampan ke atas meja.

Gu Nianzhi diam-diam mengambil sepasang sumpit sekali pakai, dan mulai makan.

Mei Xiawen duduk di sampingnya. Dia menyaksikan profil Gu Nianzhi saat dia makan, senyum di wajahnya.

Gu Nianzhi merasa malu dengan ini. Dia mengetuk mangkuk Mei Xiawen dengan sumpitnya sambil berkata, “Makan siangmu ada di sini. Apa yang kamu lihat?"

Mata Mei Xiawen berbinar di balik kacamata berbingkai emasnya. Dia tertawa, dan berkata, "Aku melihatmu, tentu saja …"

"Omong kosong apa. Saya bukan makanan, jadi mengapa Anda menatap saya saat makan siang? "Kata Gu Nianzhi, sebelum menyesap es susu.

“Kamu benar-benar pesta untuk mata.” Mei Xiawen mengulurkan tangan dan memegang tangan Gu Nianzhi dengan tangannya yang bebas.

Gu Nianzhi buru-buru mundur. "Jangan terlalu murahan, aku masih makan di sini."

Ketika mereka berbicara, telepon Mei Xiawen berdering lagi.

Dia meraih teleponnya, tetapi hal pertama yang dilihatnya adalah pesan teks dari Ai Weinan yang dia lewatkan.

Telepon terus berdering tanpa henti, tetapi Mei Xiawen tidak menerima telepon. Dia menatap pesan Ai Weinan, pikirannya jauh. Dia tidak bisa menahannya; dia dibanjiri kenangan lama. Matanya terpaku pada kata-kata "teh jahe".

Gu Nianzhi merasa aneh bahwa Mei Xiawen tidak menjawab teleponnya. Dia bertanya, "Apa yang salah? Siapa yang memanggil? Jika Anda tidak ingin mengangkat, cukup batalkan panggilan. Agak berisik. "

"Oh. Ini dewan siswa. ”Mei Xiawen kembali sadar. Dia membuka kunci teleponnya dan menerima telepon.

Dia memberikan beberapa balasan tanpa komitmen kepada siapa pun yang ada di ujung sana, sebelum menutup telepon untuk memeriksa Weibo di teleponnya.

Gu Nianzhi selesai makan; dia melihat bahwa Mei Xiawen telah meninggalkan sebagian besar makanannya tidak tersentuh. Dia bertanya, "Apa yang salah? Tidak lapar? Apakah ada sesuatu yang muncul dengan OSIS? ”

"Ya, aku punya beberapa hal yang harus ditangani oleh dewan mahasiswa, tapi aku akan memberimu tumpangan kembali, pertama." Mei Xiawen berdiri, terlalu malas untuk makan sekarang. Dia membuang sisa makanannya.

Ketika keduanya bangun untuk pergi, seorang wanita mengenakan salah satu gaun terbaru dari line-up musim panas terbaru Chanel memasuki kafetaria.

Itu adalah kakak perempuan Feng Yixi, Feng Yichen.

Dia menatap Gu Nianzhi saat dia berjalan melewatinya. Gu Nianzhi berseri-seri dan penuh senyum; pria jangkung, ramping, anggun, dan bermartabat di sampingnya memeluk pundaknya.

Dia mengenali pria itu: Mei Xiawen, perwakilan kelas kakak perempuannya, dan juga putra tunggal keluarga Mei, salah satu keluarga terkaya di C City. Keluarga Feng pernah mencoba menjilat mereka.

Mereka berdua berjalan melewatinya, tenggelam dalam dunia kecil mereka sendiri. Mereka tidak mengenalinya.

Feng Yichen berbalik, dan menyaksikan Mei Xiawen membuka pintu ke Buick untuk Gu Nianzhi.

"Yichen, apa yang kamu lihat?" Teman sekamar Feng Yichen mengikuti pandangannya, dan melihat Gu Nianzhi dan Mei Xiawen. "Oh, itu pasangan emas dari Kelas Satu, senior sarjana dari departemen kami. Mereka seperti Bocah Emas dan Gadis Giok; itu adalah pasangan yang dibuat di surga. "

"Mereka berkencan?" Feng Yichen akhirnya memalingkan muka, dan naik ke lantai dua kafetaria bersama teman sekamarnya.

“Mereka sudah berkencan untuk beberapa waktu sekarang. Lebih dari sebulan, saya pikir? Anda tahu bagaimana itu. Tahun senior adalah ketika pasangan putus, tetapi itu juga ketika pasangan baru muncul seperti jamur setelah hujan. "

Feng Yichen dan teman sekamarnya adalah mahasiswa pascasarjana tahun ketiga di jurusan hukum Universitas C. Mereka juga lulus tahun ini.

Feng Yichen tidak suka mendengar teman sekamarnya menyembur pada Mei Xiawen dan Gu Nianzhi.

"Golden Boy dan Jade Maiden?" Dia tersenyum aneh, dan melanjutkan, "… Jaded Slut, maksudmu?"

"Maaf?" Teman sekamar Feng Yichen berkonsentrasi pada menu, dan belum mendengar Feng Yichen dengan benar.

"Tidak ada. Hanya mengatakan betapa indahnya mereka terlihat bersama, ”kata Feng Yichen sambil tersenyum. "Ayo duduk di sana."

Teman sekamarnya belum selesai membicarakannya. Setelah mendapatkan kursi, dia berkata, dengan penuh minat, "… Ngomong-ngomong, saya mendengar bahwa Profesor He Zhichu, profesor terkenal dari Universitas B, menerima Gu Nianzhi sebagai mahasiswa pascasarjana. Sayang sekali tentang adikmu. Jika dia tidak mendapat masalah, tempat itu akan menjadi miliknya! "

"Apa ?!" Kepala Feng Yichen tersentak; mata almondnya menyipit, wajahnya mendung. "Bukankah Gu Nianzhi ketinggalan wawancara?"

He Zhichu terkenal dengan kebijakan tanpa toleransi terhadap orang-orang yang tidak tepat waktu. Jadi bagaimana ini mungkin?

“Dia melewatkannya, ya, tapi aku dengar itu hanya karena dia sakit parah. Dia memiliki sertifikat medis yang membuktikan bahwa dia sakit dan sebagainya, jadi Profesor He memberinya wawancara kedua. "

"Apakah Anda yakin tentang ini?" Suara Feng Yichen menjadi sangat rendah, dan terdengar hampir menyeramkan.

Teman sekamarnya menatapnya, heran. "Tentu saja aku yakin! Anda belum pernah ke gedung administrasi belakangan ini, bukan? Daftar penerimaan lulusan sekolah diposting di sana, seakurat itu datang. "

Nafsu makan Feng Yichen telah menghilang.

Dia mendorong nasi ke mangkuknya beberapa kali, sebelum berdiri untuk berkata, "Aku harus pergi, ada yang harus aku lakukan." Setelah mengatakan itu, dia berjalan keluar dari kafetaria tanpa melirik kedua kalinya.

Teman sekamar Feng Yichen menggerutu di belakang punggungnya, kesal dengan perilakunya. "Cih! Apa yang gila! Memangnya dia pikir dia siapa? Masa pewarisnya yang kaya telah berakhir … "

…

Itu adalah akhir pekan lagi.

Gu Nianzhi tidak berencana untuk kembali ke apartemen Fengya Precinct – tidak pada awalnya.

Chen Lie mengatakan kepadanya bahwa dia sudah pulih sepenuhnya, dan karena itu pemeriksaan mingguannya tidak lagi diperlukan. Adapun Huo Shaoheng, dia rupanya meninggalkan C City.

Dia tidak melihat gunanya kembali ke apartemen kosong itu.

Tetapi sejak menerima telepon dari Zhao Liangze pada hari Kamis menanyakan tentang piyamanya, dia menjadi agak gelisah. Dia terus bertanya-tanya bagaimana dia telah menemukan piyama …

Lagi pula, Mei Xiawen sibuk dengan OSIS sejak makan siang bersama pada hari Kamis. Dia terlalu sibuk untuk menghabiskan waktu bersamanya, jadi itu sebenarnya waktu yang tepat baginya untuk kembali ke apartemen.

…

Gu Nianzhi bergegas kembali ke apartemennya – dan segera memperhatikan semua perubahan.

Dia bergegas ke kamar Huo Shaoheng, untuk menemukan bahwa semua barang pribadinya hilang. Seolah-olah kamarnya telah dirampok.

Kamar mandi berkilau bersih. Itu bisa saja lulus untuk unit tampilan di ruang pamer, bahkan; itu tampak baru, tanpa semua barang pribadi.

Itu sama untuk ruang belajar, gimnasium dan ruang senjata di lantai atas: semua yang menjadi milik Huo Shaoheng hilang.

Barang-barang miliknya masih utuh, kecuali piyama di bawah bantalnya. Tapi sekali lagi, itu juga Huo Shaoheng …

Jika apartemen itu memang dirampok, pencuri itu pasti sangat istimewa.

Jauh di lubuk hatinya, dia tahu dia hanya menipu dirinya sendiri: ini tidak mungkin merupakan pekerjaan seorang pencuri. Dia memikirkan panggilan telepon Zhao Liangze, dan semuanya sekarang menjadi jelas baginya.

Gu Nianzhi bersandar di pintu ruang senjata, dan perlahan-lahan meluncur ke lantai. Dia membenamkan kepalanya di antara kedua lututnya.

Pintunya kedap suara; itu ditutupi dengan lapisan tebal kulit hitam di bagian luar, diamankan oleh puluhan paku payung kuningan hitam. Itu adalah pintu yang sangat mengesankan.

Saat dia bersandar di pintu yang gelap dan besar ini, sendirian, Gu Nianzhi tampak lebih kecil dan lebih rapuh dari biasanya.

Dia duduk di sana, memeluk lututnya, sepanjang malam. Pikirannya benar-benar kosong, dan hatinya terasa seperti kosong.

Kali ini, dia yakin bahwa Huo Shaoheng tidak lagi ingin ada hubungannya dengan dia.

Terserah. Dia akan berusia 18 tahun di paruh kedua tahun ini. Tanggung jawab Huo Shaoheng sebagai wali akan berakhir saat itu.

Dia tahu hari ini akan datang, cepat atau lambat.

Tapi tentunya dia bisa berbicara dengannya tentang ini?

Alih-alih, dia secara diam-diam memindahkan semua barang miliknya saat dia tidak ada. Kasar sekali.

Paman Huo tidak seperti itu, kan?

Apa yang terjadi?

Ketika fajar tiba, Gu Nianzhi perlahan mengangkat kepalanya, bibirnya membentuk garis lurus. Dia menyaksikan apartemen perlahan tumbuh lebih cerah dan lebih jelas di depan matanya.

Itu adalah hari yang baru.

Kakinya kaku dan mati rasa. Dia menggosoknya dengan tangannya, dan hendak berdiri ketika dia mendengar teleponnya berdering.