Chapter 103 – Life-Saving Straw

Bab 103: Jerami Hemat Hidup

Penerjemah: Editor Atlas Studios: Atlas Studios

Mo Han menghentikan tindakannya. Dia tetap diam bahkan saat dia terus mengeringkan rambut Xia Qingyi. Dia membawa gaya putri setelah dia mengeringkan rambutnya untuk sementara waktu. Dia berjalan ke lobi hotel ketika dia melewati kerumunan, sebelum dia meminta lobi untuk memberinya kamar.

Mo Han menempatkannya di tempat tidur setelah mereka mencapai kamar. Xia Qingyi terus duduk di sana dengan kosong tanpa sepatah kata pun. Mo Han menemukan jubah mandi di kamar, sebelum dia berjongkok dan meletakkannya di tangannya. Dia berkata sambil menatap matanya, "Pergi mandi. Saya akan berbicara dengan Anda setelah selesai. "

Kilau di mata Xia Qingyi bergerak sedikit saat dia perlahan berdiri. Dia berjalan menuju kamar mandi dengan kaku dengan kepala di bawah, sebelum dia dengan ringan menutup pintu.

Percikan mulai datang dari kamar mandi saat Mo Han duduk di tempat tidur di kamar. Meskipun begitu, dia tidak bisa berhenti bergerak ketika dia berdiri sebentar dan berjalan di sekitar ruangan, sebelum dia duduk lagi.

Xia Qingyi keluar dengan cepat. Rambutnya masih basah ketika tetesan air menetes ke bawah dan membasahi lantai. Dia melirik Mo Han yang sedang duduk di tempat tidur. Dia bersandar di dinding di belakangnya dengan handuk di tangannya. Dia diam saat melihat ke bawah lagi.

Mo Han menariknya untuk duduk di tempat tidur. Dia mengambil handuk di tangannya untuk mengeringkan rambutnya, "Katakan padaku."

Xia Qingyi menatap jarinya. Suaranya rendah dan serak, "Saya tidak tahu bagaimana mengatakannya."

Mo Han berkata, "Kamu bisa mulai dari apa yang paling ingin kamu bicarakan."

Xia Qingyi mengambil napas dalam-dalam. Dia perlahan-lahan santai pada tindakan Mo Han, "Aku memikirkan orang mati."

Mo Han tidak bertindak berbeda saat dia terus mengeringkan rambut Xia Qingyi.

“Saya hanya mengingat secara singkat beberapa hal yang dia katakan kepada saya. Dia mengatakan padaku untuk menjanjikan sesuatu padanya. Dia memanggil saya Nona sambil memohon agar saya menyelamatkan saya. ”Air mata Xia Qingyi jatuh saat dia mencengkeram erat ke baju di bawah tangannya tanpa sadar.

“Dia memohon padaku untuk menyelamatkannya. Dia memohon padaku untuk menyelamatkannya … '' Xia Qingyi tersedak.

Mo Han berhenti mengeringkan rambutnya dan duduk di sebelahnya, "Bagaimana kamu tahu dia meninggal?"

“Dia benar-benar mati.” Xia Qingyi merasa takut setiap kali dia memikirkan adegan itu, “Dia berdarah di seluruh tubuhnya. Ada banyak darah. "

Dia benar-benar tersedot ke pemandangan yang muncul di benaknya. Kecepatan kata-katanya menjadi lebih cepat dan lebih cepat, dan menjadi lebih tidak koheren. Dia mengatakan semua yang dia ingat. "Aku juga mendengarnya mengatakan padaku untuk tidak keluar! Tidak keluar bahkan jika aku mati! Dia memohon dan meneriaki saya. "

“Saya terus menangis dan menangis. Saya kemudian berjalan ke gang kecil. Hujan di sana. Ya, hujan. Aku ingat sekarang. Lantainya sangat basah hari itu, dan … "

Mo Han meraih tangannya untuk membuatnya tenang, "Dengarkan aku, jangan pikirkan hal lain. Anda hanya perlu memberi tahu saya, apakah Anda ingat nama Anda? "

Xia Qingyi membeku. Dia menatap Mo Han dengan wajahnya dipenuhi air mata. Dia menggelengkan kepalanya dan berteriak lagi, "Saya tidak ingat … Saya tidak tahu … Tubuhnya penuh dengan darah … Saya mendengar dia memanggil saya Nona … Dia ingin saya membantunya … Dia ingin saya membantunya, tapi, aku tidak tahu bagaimana … aku tidak tahu bagaimana … ”

Mo Han memeluknya saat dia membelai kepalanya dengan nyaman, "Tidak apa-apa. Anda tidak perlu memikirkan jika Anda tidak dapat mengingatnya. Aku disini."

Xia Qingyi terus menangis. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak menggigil setiap kali dia berpikir untuk kembali ke air.

"Aku tidak bisa menyelamatkannya … Tubuhnya penuh darah … Penuh darah …" Xia Qingyi menangis keras, menghancurkan hati siapa pun yang bisa mendengar.

Mo Han bisa merasakan ketidakberdayaan yang mendalam saat dia dengan lembut membelai kepalanya. Dia terus menggigil dalam pelukannya. Tangannya mencengkeram erat ke kemejanya, seolah itu satu-satunya sedotan yang bisa menyelamatkannya.