Chapter 677 – Blood Turned Cold

Babak 677: Darah Menjadi Dingin

Penerjemah: Editor Atlas Studios: Atlas Studios

Kali ini, Xiang Wan benar-benar terdiam.

Dia bisa menebak semuanya dengan benar?

Wawasannya tentang pemikiran orang lain memang luar biasa.

Dia tidak ingin menyembunyikan ini sehingga dia menganggukkan kepalanya dengan tegas. “Jadi, bisakah kau memberitahuku kenapa?”

Mungkin nadanya terlalu damai, karena Ye Lun tersenyum dan mengambil beberapa napas sebelum melanjutkan. “… ayahmu … dia di … pelatih itu … 19 tahun yang lalu …”

Sembilan belas tahun yang lalu?

Pelatih itu …

Xiang Wan merasakan darahnya menjadi dingin pada saat itu.

Ye Lun menambahkan, “Dia adalah … sopir bus …”

Tulang belakang Xiang Wan memiliki perasaan dingin ketika dia menatap Ye Lun dengan tidak percaya. Dia tidak bisa percaya apa yang dia katakan padanya. “Bagaimana itu mungkin?” Dia menunjukkan senyum menghina. “Aku sudah bertanya pada ibuku sebelumnya dan dia bilang tidak … Ye Lun, berhenti berusaha membingungkanku …”

“Hurhurhur …” tertawa Ye Lun. “Ibumu … mengapa dia … memberitahumu … bahwa ayahmu … melakukan perzinaan … dan bahwa … dia bahkan kehilangan nyawanya karena itu …”

Ekspresi Xiang Wan menjadi dingin dan terpikirkan.

Bertahun-tahun, ibu Xiang Wan hampir tidak menyebut ayahnya.

Jika Xiang Wan tidak mengangkat topik, ibunya tidak akan pernah berbicara tentang ayahnya.

Dan setiap kali ketika dia bertanya, jawaban yang dia berikan kepada Xiang Wan tidak pernah cukup eksplisit.

Ketika dia masih kecil, ibunya selalu marah. Hidup itu sulit karena dia sendirian membesarkannya. Dia begitu terbebani oleh tekanan hidup sehingga dia tidak bisa berperilaku seperti seorang ibu yang pengasih kepada Xiang Wan. Kadang-kadang Xiang Wan akan meminta ayahnya tetapi ibunya akan marah dan melemparkan pelecehan verbal dengan histeris … Karena itu, sejak saat itu, dia tidak terlalu dekat dengan ibunya. Xiang Wan ingin menjadi dekat dengannya, tetapi dia tidak pernah berani terlalu dekat dan melarang dirinya melakukan kesalahan secara sembrono.

Karenanya, dia tidak akan membesarkan ayahnya.

Ketika dia bertambah dewasa, dia tidak meminta ayahnya lagi.

Meskipun demikian, pada saat itu, dia berpikir bahwa ibunya terlalu sedih dan kesal karena kematian ayahnya.

Lagipula, janda biasa mana pun tidak ingin orang lain terus berbicara tentang kematian suaminya.

Ketika Xiang Wan mendapat konfirmasi tentang perselingkuhan ayahnya, itu karena paman mertuanya yang paling muda, Xing Yuanhang, yang menyimpan seorang gundik di luar dan bibinya yang bungsu tanpa diketahui mengungkapkan fakta ini …

Xiang Wan berusaha keras untuk mengingat kembali hari-hari ketika ayahnya masih hidup tetapi tidak berhasil. “Aku ingat ibuku memberitahuku bahwa ayah meninggal karena kecelakaan mobil.” Dia menggelengkan kepalanya. ” Dia mengatakan kepada saya bahwa tanggung jawab ada pada pemilik kendaraan sehingga kami mendapat sejumlah uang kompensasi. Dia mengambil uang itu dan membeli sebuah rumah kecil di Kota Jin. Setelah itu, untuk mengirim saya ke universitas, dia menjual rumah …

“Ibuku tidak pernah menyebut bahwa ayah … memiliki wanita lain di luar. Dia tidak pernah menyebutkan bahwa dia dan ibu Bai Muchuan memiliki hubungan apa pun. Jika benar-benar ada sesuatu … mengapa dia tidak memberi tahu saya sekarang bahwa Bai Muchuan dan saya sendiri sedang menjalin hubungan? “

Dia berbicara sangat cepat.

Dia bahkan memberi tahu Ye Lun apa yang seharusnya tidak dikatakannya.

Ye Lun bisa melihat bahwa dia bingung.

Itu adalah semacam emosi bingung yang datang dari dalam dirinya.

Ye Lun memandang dengan tenang. “… Cui Ming,” dia melanjutkan, “yang pertama dia bunuh … adalah ayahmu … dia adalah target pertama …”

Xiang Wan bingung. Dia tidak tahu apakah dia harus percaya padanya.

Jika apa yang dikatakan Ye Lun adalah kebenaran, itu berarti bahwa ayahnya dan ibu Bai Muchuan saling kenal sejak 19 tahun yang lalu. Salah satunya adalah sopir bus dan yang lainnya adalah pemandu wisata. Mereka harus menghabiskan banyak waktu bersama …

Tidak!

Ayahnya berselingkuh.

Ibunya punya kekasih …

Xiang Wan tiba-tiba teringat sesuatu dan dia merasa frustrasi.

Dia telah memikirkan apa yang dikatakan Bai Lu, serta apa yang dikatakan Cheng Xin kepada Xie Wanwan. Isi dari apa yang mereka katakan sebenarnya mirip …

Wajah Xiang Wan tiba-tiba memucat.

Jadi semua ‘kebohongan’ yang dia dengar dari mereka, ternyata benar?

Ye Lun tersenyum, meskipun wajahnya lebih pucat daripada Xiang Wan.

Dia tahu apa yang dipikirkan Xiang Wan dan ekspresinya tampak sedikit bangga. “… Kamu memikirkannya … ya … kamu benar … ibu Bai Muchuan … dan ayahmu …”

Xiang Wan menaikkan volumenya dan menatapnya dengan dingin. “Ye Lun, aku tidak percaya padamu. Berhentilah bicara omong kosong! ”

Mata Ye Lun hampir tertutup. Dia sangat lemah. “… Ada lagi … hal-hal yang kejam …”

Xiang Wan tidak ingin mendengar lagi.

Tidak sedikit pun.

Tapi dia tidak bisa menghentikan Ye Lun berbicara.

“Ayahmu … menyebabkan kematian ibunya … ayahmu melakukan itu … uang yang digunakan ibumu … untuk membeli rumah … sebenarnya … uang yang dia dapatkan … dari kematian ibunya …”

Xiang Wan bingung oleh berita itu.

Darahnya dingin dan hatinya terasa dingin.

Dia butuh waktu cukup lama untuk pulih dari perasaannya yang kacau. Ketika dia melihat wajah Ye Lun, dia tiba-tiba menyadari sesuatu.

Tidak banyak waktu yang tersisa …

Dia masih memiliki hal-hal yang ingin dia tanyakan. Dia tahu dia harus bertanya tentang kasus ini. Sisanya bisa menunggu.

“Sejak ayah saya mengalami banjir bandang dan tanah longsor 19 tahun yang lalu. Mengapa kamu menghentikan Cui Ming dari mencoba membunuhku? ”Baca lebih lanjut bab tentang novel. com

Ada beberapa suara yang keluar dari tenggorokannya dan dia terengah-engah sebentar. “Aku tidak … tahu … aku juga tidak tahu … juga …”

Apa itu tadi?

Xiang Wan mengerutkan alisnya. Dia tahu bahwa dia kesulitan berbicara. Setelah beberapa saat ketika dia tidak mendengar jawaban apa pun, dia terus mengajukan pertanyaan lain. “Pertama kali kita bertemu di ‘Istana’ kan?”

Ye Lun berhenti sejenak.

Dia mencoba menganggukkan kepalanya, berkedip untuk menyatakan bahwa dia benar.

“Karena kita orang asing,” kata Xiang Wan, “mengapa kamu membantuku?”

“Waktu itu …” kata Ye Lun dengan susah payah, “Cui Ming … belum mau membunuhmu … Dia ingin … memanfaatkan bukumu … untuk membunuh … aku tidak ingin … membantumu … baik … akibatnya … “

“Pada awalnya, Anda tidak ingin membantu saya,” tegas Xiang Wan, “lalu mengapa? Apa yang membuatmu berubah? ”

Ye Lun: “… ID … ID itu … Anda bertanya kepada saya … jika mereka yang jiwanya ternoda … pantas mati, mengapa saya … bukan yang pertama?”

Eh?

Hmm … ini terdengar asing?

Xiang Wan telah mempelajari ID misterius sebelumnya dan tahu masing-masing dan setiap komentar yang dia tinggalkan di halaman resensi buku dan komentarnya. Pernah ada ID yang membuat komentar ini: “Mereka yang jiwanya telah ternoda pantas mati dan tidak ada simpati. Hanya dengan membersihkan kotoran ini, ketertiban di masyarakat akan menjadi bersih. ”

Hari itu, Xiang Wan sangat marah.

Itu adalah pertama kalinya dia membalas komentar pembaca.

“Jika orang-orang yang jiwanya ternoda layak mati, mengapa kamu yang pertama tidak mati?”

Dia ingat bahwa dia telah meminta itu kembali.

Sayangnya, dia tidak menanggapi dia …

Xiang Wan tidak pernah berpikir bahwa ucapannya akan memengaruhi Ye Lun dengan cara apa pun.

“Jadi, apakah kamu mengatakan bahwa kamu mematikan pikiran itu? Tapi itu tidak mungkin? “

“Tidak … aku ingin kamu … menjadi yang terakhir mati … kamu perlu melihatku mencapai kesuksesan … lalu kamu mati … ketika kamu menyelesaikan … novelmu … kamu akan mati …”

Xiang Wan: “…”

Dia sekarang tercengang.

Jika dia benar-benar membiarkannya bertahan hanya karena alasan yang dia nyatakan, bukankah rasanya seperti itu konyol?

“Kurasa aku benar-benar perlu berterima kasih kepada novelku ini …”

“Hurhur … hurhur …”

Ye Lun tertawa.

Tapi tawanya terdengar menggelegar di telinga.

Rasanya seperti lelucon, sama seperti alasan dia memberinya.

Xiang Wan tidak bisa tertawa sama sekali sehingga dia menatapnya, sedikit kesal.

“Kamu berbohong padaku, kan?”

Ye Lun memiliki ekspresi bingung di wajahnya.

Dia tidak mengatakan apa-apa dan tidak ada ekspresi lain di wajahnya.

Xiang Wan menyuarakan keraguannya. “Aku sama sekali tidak mempercayai alasanmu …”

Bagaimana orang bisa menyisakan nyawa penulis hanya supaya penulis bisa terus menulis novel karena ceritanya belum berakhir?

Yah, bahkan jika alasan Ye Lun valid, bukankah seharusnya dia membiarkannya menulis novelnya alih-alih menculiknya? Jelas tidak terdengar seperti dia ingin membaca bab terakhir novelnya sama sekali.

Xiang Wan menolak untuk percaya itu.

Tangan Ye Lun bergetar dan dia sangat lelah sehingga dia tidak bisa membuka matanya.

“… Ya,” desahnya lemah. “Ada sesuatu yang lain …”

Xiang Wan merasakan dadanya mengencang. “Apa itu?”

“Aku … Xiang Wan … apakah kamu masih … ingat mengapa … kamu keluar … dari perguruan tinggi?”

…