TBTW – Chapter 12

Bab 12: Aku Bahkan Tidak Punya Pacar Selamat Valentine, Pantatku (2)

Penerjemah: Editor StarveCleric: StarveCleric

Jadi, alasan dia cepat menerima pembatalan pertunangan mereka juga karena Qin Yiran?

Itu masuk akal … Sejak awal, dia tidak mau mengikuti pertunangan. Mengingat dia punya pacar sekarang, dia pasti sangat ingin memutuskan hubungan apa pun yang ada di antara mereka. Dengan kata lain, dia seharusnya merasa lebih cemas tentang membatalkan pertunangan daripada dirinya. Tetapi jika itu masalahnya, mengapa dia tidak membalas pesan yang dia kirim tadi malam? Apakah dia tidak melihatnya?

Semakin Shi Yao memikirkannya, semakin yakin dia akan hal itu. Karena itu, dia mencari telepon di sakunya, menyalin pesan yang dia kirim tadi malam, dan mengirimnya kembali ke Lin Jiage. (Kapan Anda berencana memberi tahu keluarga Anda bahwa pertunangan kami dibatalkan?)

…

Lin Jiage hari ini dalam suasana hati yang agak buruk. Dari saat dia membuka matanya pagi itu, sampai tengah hari, dia telah menerima lebih dari seratus pesan dan catatan.

Semuanya dari perempuan. Beberapa surat pengakuan, beberapa hadiah, dan ada yang mengucapkan selamat ulang tahun untuknya …

Selamat Hari Valentine…

Aku bahkan tidak punya pacar. Selamat Valentine, pantatku …

Dengan kepalanya sakit karena semua pesan membombardirnya, Lin Jiage memutuskan untuk mematikan teleponnya sama sekali.

Perayaan ulang tahun sekolah hampir tiba, dan Lin Jiage adalah salah satu penyelenggara utamanya.

Penyelenggara lainnya berasal dari Fakultas Seni, dan pihak lain telah meminta untuk menemuinya di kantin untuk memilah-milah detail tentang perayaan.

Tak lama setelah memasuki kantin, penyelenggara lain dari Fakultas Seni tiba. Itu adalah siswa perempuan.

Siswa perempuan itu duduk di seberangnya dan langsung berkata, "Aku Qin Yiran. Saya meminta teman saya mengirimkan seribu kertas crane kepada Anda kemarin. Sudah kah kamu menerimanya?"

Seribu derek kertas … Lin Jiage merenung sejenak, dan rasanya seperti dia menerima sesuatu seperti itu.

Qin Yiran bertanya, "Apakah kamu menyukainya?"

Kemarin, Lu Benlai tampaknya mengatakan bahwa dia adalah primadona kampus … Tapi tidak ada yang sangat indah tentang dirinya … Kapan standar mahasiswa Universitas G jatuh ke titik seperti itu?

Sangat tenggelam dalam pikirannya, Lin Jiage tidak menjawab sama sekali.

Meskipun sikap menyendiri Lin Jiage, Qin Yiran tidak terlihat sama sekali tidak senang. "Aku melipat crane kertas itu sendiri, dan butuh lebih dari setengah tahun untuk menyelesaikannya …"

Sepertinya tidak ada banyak perbedaan antara belle kampus ini dan siswa perempuan lainnya di universitas …

Mengerutkan kening, Lin Jiage menyela Qin Yiran dengan nada sedikit tidak sabar, "Mahasiswa, saya hanya punya setengah jam. Saya harus meminta Anda untuk fokus pada hal-hal yang lebih penting. "

Wajah Qin Yiran menegang.

Untuk sesaat, Lin Jiage berpikir bahwa dia akan berbaris dengan marah, tetapi pada saat berikutnya, senyum lain muncul di wajahnya ketika dia mulai membahas hal-hal mengenai perayaan ulang tahun sekolah.

Mendengarkan, Lin Jiage sesekali akan mengungkapkan beberapa pendapatnya dengan serius.

Setengah jam kemudian, Lin Jiage tepat waktu mengakhiri diskusi dan meninggalkan kantin.

Setelah kembali ke kamar asramanya, Lin Jiage bersandar malas di kursinya, menyalakan laptop-nya, dan terus menonton film yang dia tinggalkan setengah sore itu.

Tepat saat film akan segera berakhir, Lu Benlai dan Xia Shangzhou kembali dari supermarket.

Dalam sekejap, ruangan sunyi itu menjadi hidup sekali lagi.

Xia Shangzhou sangat tajam dengan waktunya. Hanya sesaat setelah film berakhir, dia bergegas ke Lin Jiage dan bertanya, “Bos, saya membeli apa yang Anda inginkan dari supermarket. Bisakah kamu datang online dan bermain dengan Sis Yao dan aku sekarang? ”

"Oh, ok." Biasanya dicadangkan dalam pidatonya, Lin Jiage memberikan jawaban singkat dua kata untuk Xia Shangzhou sebelum meraih teleponnya dan menyalakannya.

Ding dong ding dong. Telepon berdering sekitar dua menit sebelum terdiam.

Lin Jiage membuka kunci ponselnya dan memasuki layar beranda.

Dia dengan santai mengetuk notifikasi "99+" yang dilabeli pada pesannya dan dengan cepat menelusuri yang belum dibaca. Mereka adalah pengakuan dari segala bentuk dan ukuran, semua berasal dari angka yang tidak diketahui.

Saat dia hendak mundur dari menu pesan, dia melihat dua kata — Shi Yao.