TBTW – Chapter 94 – I Am Not a Man! (2)

Bab 94: Aku Bukan Manusia! (2)

Penerjemah: Editor StarveCleric: Milkbiscuit

Lupakan saja … Aku harus berhenti bicara …

Berbalik, dia mempercepat langkahnya, berniat cepat meninggalkan ruangan untuk menenangkan dirinya.

Tapi-

Berdiri di depan pintu, Lin Jiage meraih kenop dan mencoba memutarnya, tetapi kenop itu tidak mau bergerak.

Hah? Apa yang sedang terjadi? Mengapa bukan pintu yang terbuka?

Lin Jiage mencoba mengerahkan lebih banyak kekuatan untuk memutar kenop, tapi itu hanya menyebabkan serangkaian suara membenturkan. Di belakangnya, Shi Yao, yang baru saja selesai mengeringkan rambutnya, berbalik dan bertanya, "Apa yang salah?"

"Pintunya macet, aku tidak bisa membukanya …" kata Lin Jiage sambil terus-menerus mengutak-atik kenop, menciptakan aliran bunyi dentang yang tanpa henti.

"Mengapa pintu macet tiba-tiba?" Sambil meletakkan pengering rambut, Shi Yao berlari ke pintu dan memeriksa kunci dengan cermat.

Setelah memeriksanya selama lima detik, dia melayangkan pandangan aneh ke arah Lin Jiage dan bertanya, “Apakah itu tidak terkunci? Seharusnya tidak apa-apa begitu kita membukanya dengan kunci … "

Bukankah ini hanya akal sehat? Bagaimana mungkin dia tidak tahu ini?

Setelah mendengar kata-kata Shi Yao, baru kemudian Lin Jiage tiba-tiba ingat bahwa dia mengunci pintu sebelumnya untuk …

Itu adalah hal yang baik dia mengingatkannya, atau dia masih akan terjebak dengan masalah itu tentang manga erotis.

"Kamu benar …" Lin Jiage menjawab dengan tenang sambil melepaskan gagang pintu dan merogoh sakunya.

Dia mengosongkan semua yang ada di sakunya, tetapi kuncinya tidak terlihat.

Bingung, dia bergumam pelan, “Hm? Ini aneh. Di mana kuncinya? Apakah itu terlepas ketika saya duduk di sofa? "

Sambil berbicara kontemplatif pada dirinya sendiri, Lin Jiage berjalan ke sofa.

"Hm? Mengapa tidak ada di sini juga? Saya cukup yakin bahwa saya telah mengambil kunci itu sekarang … "Karena saya akan bertindak, saya harus membuat kinerja sempurna. Dengan pemikiran seperti itu dalam pikirannya, Lin Jiage menatap Shi Yao dengan ekspresi bingung, "… Apakah saya membawa kunci lebih awal?"

Shi Yao, yang tidak memperhatikan detail seperti itu, menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan jujur, "Aku tidak melihat."

Lin Jiage merenungkannya sejenak sebelum bertanya sekali lagi, "Ke mana aku pergi setelah aku pergi ke kamar tidur?"

Sangat yakin dengan akting Lin Jiage, Shi Yao menjawab dengan patuh, "Kamu pergi ke ruang ganti dulu, dan setelah itu, kamu berjalan ke meja untuk mengambil pengering rambut untukku …"

Lin Jiage melakukan pencarian menyeluruh terhadap tempat-tempat yang telah didaftar Shi Yao, tapi kuncinya masih tidak terlihat. Akhirnya, dia bahkan menatap Shi Yao dengan sungguh-sungguh dan bertanya, “Bantu aku juga melihat-lihat. Mungkin di suatu tempat yang tidak terduga. "

"Ah, baiklah." Shi Yao mengangguk patuh pada instruksi Lin Jiage dan kemudian mulai mencari kuncinya.

Sepuluh menit berlalu, dan kuncinya masih belum muncul.

"Aku mungkin meninggalkan kunci di meja dapur ketika aku sedang mempersiapkan kakao panasmu …" Saat dia berbicara, Lin Jiage mengeluarkan ponselnya. "… Aku akan memanggil pembantu rumah tangga dan membuat mereka membukakan pintu untuk kita."

"Apa? Anda kembali ke kota asal dan tidak bisa kembali untuk saat ini? "

"Ah? Anda pergi ke pinggiran kota untuk melihat bunga dengan teman-teman Anda? "

“Kamu ingin mengundurkan diri? Apakah kamu serius?"

"Suamimu berselingkuh dan kamu mencoba menangkap vixen sekarang?"

"…"

Lin Jiage tampak seperti sedang memeriksa nomor-nomor telepon para pembantu rumah tangga, tetapi sebenarnya, dia sama sekali tidak menekan satu pun dari mereka. Setelah 'menutup telepon' pengurus rumah tangga terakhir dalam daftar, dia menoleh ke Shi Yao dan berkata, "Mereka benar-benar semakin tidak profesional saat ini …"

"… Sepertinya aku hanya bisa memanggil Bibi Sun. Mungkin dia dapat menemukan waktu untuk kembali ke sini … "

Lin Jiage membalik-balik catatan teleponnya dan menemukan nomor Bibi Sun. Dengan gerakan berlebihan, dia dengan paksa mengetuk layar, tetapi sebenarnya, jarinya tidak menyentuh layar sama sekali.