TBFM – Chapter 28

Bab 28: Darah Emas

Penerjemah: Nyoi-Bo Studio Editor: Nyoi-Bo Studio

Seratus Ribu Pegunungan sangat besar, dengan kekuatan dari berbagai jenis. Di daerah yang paling berbahaya bahkan ada suku primitif yang tidak menghormati moral atau aturan apa pun. Mereka akan membunuh setiap orang luar yang mereka temui.

Bersamaan dengan ini, ada binatang buas buas dan monster ganas di daerah pegunungan.

Ini adalah salah satu alasan mengapa Jiang Mansion tidak dengan mudah membiarkan Jiang Chen pergi bertualang di sana.

Sungai Liulin adalah sungai terpanjang di Pegunungan Seratus Ribu. Itu mengalir melalui berbagai bagian pegunungan. Bagian tersempit hanya selebar 15 kaki, dan airnya hanya sampai satu pergelangan kaki.

Sebaliknya, bagian terluas adalah ribuan kaki lebar dan memiliki air terjun besar dengan banyak segmen.

Jiang Chen berjongkok di tepi sungai. Dia menurunkan termos besi ke dalam air dan mengisinya, lalu mengeluarkannya dan menghirupnya.

Ini adalah hari kelima sejak dia meninggalkan Jiang Mansion. Southwind Ridge sudah agak jauh.

Saat dia berdiri, suara tajam yang tampaknya merobek langit terpisah terdengar. Kemudian sebuah panah mendarat di sampingnya dan mendarat di tanah yang keras. Ekornya masih bergetar keras.

Jiang Chen tercengang. Dia melihat sebuah perahu menuju hilir lewat dengan cepat. Ada beberapa pria bersenjatakan busur berdiri di kapal.

"Berhenti! Berhenti sekarang juga! Dia bukan dari Tribe of Thunder. Itu Tuan Muda Chen! "

Jiang Chen mendengar suara yang dikenalnya dari perahu ketika dia hendak melawan.

Mereka dari Mansion Jiang?

Jiang Chen mengakui bahwa itu adalah perahu Jiang. Orang-orang menyapanya dari kapal dan memberi isyarat agar dia pergi ke hilir.

Jiang Chen ragu-ragu untuk sementara waktu dan kemudian berjalan kaki sepuluh menit di sepanjang sungai. Dia melihat kapal itu berhenti di dekat batu dan para pelaut telah datang ke pantai untuk menunggunya.

"Tuan Muda Chen, Anda tidak harus terus berjalan ke arah itu. Orang-orang dari Suku Guntur gila! ”

Pria yang mengenali Jiang Chen berusia awal empat puluhan. Jika Jiang Chen ingat dengan benar, dia dipanggil "Paman Li." Dia tampak lelah. Dia pasti berada di hutan untuk waktu yang lama.

Jiang Chen memperhatikan tubuh perahu dipenuhi panah. Para pelaut itu tampaknya telah mengalami pertempuran serius. Salah satunya memekik.

Dia melihat bahwa kaki kiri pria malang itu hampir patah ketika dia mendekat untuk melihatnya.

"Dia melangkah ke perangkap yang ditetapkan oleh Suku Guntur." Paman Li menggelengkan kepalanya dengan kasihan.

Jiang Chen melompat ke atas kapal untuk menghibur pria yang terluka itu. Dia berkata, "Tunggu sebentar. Saya akan membantu Anda mengatur tulang yang patah. "

Jiang Chen merawat kakinya sementara yang lain menatapnya dengan heran. Dia akhirnya berhenti melengking.

Kemudian Jiang Chen bertanya, "Apa yang terjadi?"

Tiba-tiba, para pemburu mulai berbicara tentang pertempuran yang baru saja mereka alami.

"Anak Chen, kami berburu dan memproses bulu di hutan air di hulu sungai. Ada puluhan paket bulu, tetapi mereka dicuri oleh para bajingan dari Suku Guntur. "

“Puluhan orang kami meninggal. Kami nyaris tidak melarikan diri dari mereka. "

"Orang-orang barbar itu gila."

Seorang pria paruh baya mendatangi Jiang Chen dan berkata dengan cemas, "Anak Chen, saya pikir Anda berasal dari Suku Guntur juga. Aku benar-benar bodoh! "

Dia adalah orang yang hampir menembak Jiang Chen.

"Anak Chen, putrinya tertangkap. Maafkan dia, ”Paman Li membantunya menjelaskan.

"Anak perempuannya?"

Sepengetahuan Jiang Chen, tim perburuan dari Jiang Mansion dibentuk oleh para pemburu tuan, tetapi sangat sedikit dari mereka adalah wanita.

"Betul. Kami membutuhkan orang untuk menguliti hewan yang mati dan berkemas. Jadi dia membawa putrinya, tetapi orang-orang dari Suku Guntur menatap mereka, ”kata Paman Li tanpa daya.

Jiang Chen tahu betul nasib para wanita yang ditangkap oleh orang-orang suku. Dia bertanya, "Kapan ini terjadi?"

"Pagi ini."

Jiang Chen menatap langit. Itu sore. Masih ada harapan.

"Aku akan menyelamatkannya."

"Tidak! Tidak mungkin melakukannya sendiri! "Ini membuat Paman Li ketakutan, karena Jiang Chen masih anak-anak di matanya.

"Ya, Suku Guntur sangat terampil dengan panah."

"Jangan bertindak berdasarkan dorongan hati!"

Para pemburu mencoba menghentikannya, takut dia akan melakukan sesuatu dengan terburu-buru.

"Jangan khawatir. Anda kembali dan melaporkan ini ke Jiang Mansion. Minta Jiangs untuk mengambil tindakan pencegahan terhadap Suku Guntur. "

Jiang Chen tidak menerima saran mereka dan tegas dalam keputusannya untuk pergi.

The Hundred Thousand Mountains memiliki sejarah panjang. Istana Jiang dan pasukan lainnya belum pernah tinggal di sini sejak awal sejarah ini. Sebaliknya, mereka pindah ke sini sebagai perintis dan penjelajah.

Suku-suku primitif sudah tinggal di sini sebelum mereka datang. Suku-suku ini kejam dan haus darah. Mereka membunuh siapa pun yang mereka lihat.

Suku Guntur adalah salah satu suku ini.

Pasukan di pegunungan telah mencoba untuk bernegosiasi dengan suku-suku primitif dan menandatangani perjanjian dengan mereka sehingga mereka dapat membangun rasa saling menghormati.

Awalnya baik-baik saja. Tetapi kemudian, setiap kali ada kecelakaan, orang-orang barbar ini akan mulai membunuh dan merampok, tanpa menghormati perjanjian.

Menurut kebanyakan orang, mereka adalah orang barbar sederhana yang percaya pada tradisi berdarah seperti pemenggalan kepala.

Suku Guntur telah menyerang tim berburu Jiang dan merampas bulu-bulu dari wilayah mereka. Itu adalah agresi telanjang dan deklarasi perang.

Jiang Chen memastikan dia tahu lokasi targetnya dan bergegas ke arah yang Paman Li arahkan ke arahnya.

Ketika dia tiba di hutan air, sudah sore. Untungnya, orang-orang Suku Guntur masih ada di sana.

Hutan air telah menjadi hutan normal, tetapi karena medannya, air sungai merembes sedikit demi sedikit, dan pada akhirnya, hutan dan sungai terintegrasi bersama.

Jiang Chen berjongkok di dalam air. Dia memperhatikan api unggun di tepi seberang. Mereka membakar mayat, semuanya dari Jiang Mansion.

Suku itu masih membersihkan medan perang!

Seorang lelaki dari Suku Guntur siap untuk pergi, bulu yang dibungkus kain minyak di punggungnya, bersenandung bahagia pada saat yang sama.

Suku Guntur tidak banyak tahu tentang latihan. Mereka sangat terbelakang dalam metode dan teknik seni bela diri, sehingga mereka tidak sangat kuat. Namun, mereka sangat terampil dengan panah.

Jiang Chen tidak ingin terpapar dengan mereka dengan mudah. Dia mengamati dengan cermat untuk menemukan gadis muda itu.

Segera, dia melihat seorang gadis berusia empat belas atau lima belas tahun, diikat.

Sepertinya mereka belum melakukan apa pun pada gadis itu, tapi dia sangat ketakutan.

Tiba-tiba, seorang anak muda dari Suku Guntur mendatangi gadis itu dengan dua pria besar. Salah satu dari mereka menggendong gadis itu di bahunya, dan mereka berjalan menuju hutan.

Orang lain dari suku itu berteriak pada anak itu karena iri. Mereka jelas tahu apa yang akan dia lakukan.

Pemuda itu tersenyum puas dan sedikit menarik celananya, seolah-olah dia sudah terlalu tidak sabar untuk menunggu.

Jiang Chen melihat kesempatannya dan mengikuti mereka dengan tenang.

Dia memasuki hutan dari sisi lain. Kedua lelaki besar itu berdiri di depan pohon sebagai penjaga.

Tangan gadis itu diikat ke pohon, dengan punggung menghadap anak itu.

Dia sudah melepas celana panjang gadis itu dan menyentuh salah satu pahanya yang cantik.

Jiang Chen mendekat dengan tenang. Dia melompat pada pemuda itu sesaat setelah yang terakhir melepas celananya.

Dia tidak bisa bergerak sesuka hati karena celana di kakinya menjebaknya. Jiang Chen menikamnya dalam hati.

"Ugh!"

Kedua pria besar itu berbalik dan melihat pedang itu menusuk di jantung anak muda itu. Mereka mulai menangis dengan sedih.

Jiang Chen melepaskan ikatan tangan gadis itu dengan cepat dan menyeretnya untuk melarikan diri.

Yang mengejutkan, kedua pria suku tidak mengejarnya sama sekali. Mereka berjongkok di samping anak muda itu dan menangis untuknya.

"Dia adalah putra pemimpin," kata gadis itu dengan suara rendah, masih takut.

Lalu dia memandang Jiang Chen dengan ragu dan berkata, "Apakah Anda Anak Chen?"

Jiang Chen tidak menjawabnya. Hatinya hancur ketika dia menyadari bahwa orang-orang barbar ini adalah pengikut tradisi yang serius. Mereka pikir keluarga kepala memiliki darah emas.

Dan Jiang Chen telah membunuh seseorang dengan darah emas!

Seorang lelaki besar mengeluarkan tanduk dan mulai meniupnya.

Seketika, dua pria besar berjalan ke arahnya dengan agresif. Kemarahan berapi-api membakar di mata mereka.

Keduanya berada di tahap awal yang selesai dari Negara Pengumpulan Yuan. Salah satunya memegang pisau besar, yang lain kapak.