Chapter 87 – Is He Good To You?

Bab 87: Apakah Dia Baik Untukmu?

Penerjemah: Editor Terjemahan EndlessFantasy: Terjemahan EndlessFantasy

Lampu masih bersinar di kamar Shui Anluo ketika Chu Ningyi kembali ke rumah. Dia tertatih-tatih menaiki tangga dengan satu kaki sementara Paman Chu mengangkat kursi roda sebelum meletakkannya di lantai.

Chu Ningyi dengan lembut menepuk pahanya yang menyengat. “Paman Chu, kamu bisa pulang sekarang. Datang lagi besok pagi. “

Paman Chu mengangguk sebelum berbalik untuk pergi.

Chu Ningyi mendorong dirinya ke kamar Shui Anluo. Pintunya setengah terbuka dan celah itu cukup lebar baginya untuk memata-matai situasi di dalam.

Shui Anluo sedang duduk di karpet. Ada setumpuk catatan di tempat tidurnya, tetapi dia sedang menggoyang-goyangkan putranya yang masih terjaga dalam buaiannya. Dia tampaknya mengambil lebih banyak catatan dengan tangan yang lain dan teleponnya ada di tempat tidurnya melalui panggilan video.

“Tapi bukankah seharusnya nadi di hati ini condong ke sisi ini?” tanya Shui Anluo.

“Berbicara secara logis, itu akan benar tetapi kadang-kadang, posisi ini bukan program perlindungan terbaik. Lihatlah halaman tujuh catatan saya, saya sudah menyebutkannya di sana. ” Mo Lusu, yang ada di video call, menyeruput kopinya saat dia duduk di balkon.

“Oh, oh …” kata Shui Anluo dan dengan cepat mengulurkan tangan untuk membuka buku catatannya ke halaman tujuh. Dia membaca kalimat itu dan tersenyum canggung. Dia belum melihat cukup dekat.

Chu Ningyi terus duduk di ambang pintu saat dia melihat orang di dalam. Jika dia belajar seperti ini secara teratur, dia tidak akan gagal begitu banyak mata pelajaran. Atau apakah dia menaruh banyak perhatian hanya karena itu adalah Mo Lusu di ujung yang lain?

Chu Ningyi mengepalkan tangannya di kursi roda. Dia tiba-tiba merasa bahwa keberadaan Mo Lusu adalah kenyataan yang menjengkelkan.

“Uhuk uhuk.”

Chu Ningyi berdeham.

Shui Anluo sedang melihat catatannya dan si kecil kesayangan dalam buaiannya menangis karena diabaikan.

Shui Anluo berbalik. Dia melihat Chu Ningyi dan tiba-tiba merasa seolah penyelamatnya telah tiba. Dia dengan cepat merangkak dari tanah. “Kakak Senior, tunggu sebentar, Chu Ningyi kembali. Saya akan memintanya untuk merawat bayi itu. ” Shui Anluo dengan cepat mengambil bayi itu dan berlari ke sisi Chu Ningyi, menempatkannya di pangkuannya. “Tolong, saya sibuk.”

Chu Ningyi menatap sayang kecil di pangkuannya, sementara sayang kecil itu menatapnya dengan bingung. Dia tampaknya tidak yakin mengapa dia dilemparkan ke ayahnya.

Shui Anluo sekali lagi duduk dan terus menulis. “Kakak senior, Anda dapat melanjutkan,” katanya.

Mo Lusu mengangkat kepalanya dan menatap langit. Sejak kapan dia berubah menjadi seseorang yang akan melakukan apa yang dia inginkan?

“Kakak Senior?” Shui Anluo memperhatikan bahwa Mo Lusu tidak menjawab sehingga dia berbicara lagi.

Mo Lusu kembali ke akal sehatnya dan melengkungkan bibirnya. “Tidak apa. Dimana kita?”

“Masalah jantung,” Shui Anluo menyebutkan hal ini dengan serius seolah-olah dia tidak memperhatikan bahwa ekspresi di wajah pria di luar telah berubah menjadi gelap.

Gadis kecil itu mendongak dan menatap ekspresi gelap ayahnya. Dia melambaikan tangannya yang kecil di depan ayahnya seolah berusaha menarik perhatiannya.

Chu Ningyi menatap putranya yang tersenyum dengan cara yang menyanjung. Dia kemudian meraih dan mengambil tangan kecilnya. Dia tidak bisa mengerti apa yang sedang dia tekankan. Mengapa dia harus memeluk wanita ini?

Chu Ningyi merenungkannya sambil memutar kursi rodanya dan meninggalkan tempat itu. Dia tidak ingin mendengarkan percakapan antara dia dan pria lain.

Shui Anluo, bagaimanapun, memiliki banyak nyali. Dia terus menantang kesabarannya.

“Luoluo, apakah Chu Ningyi memperlakukanmu dengan baik?” Mo Lusu tiba-tiba bertanya dari ujung layar.

“Dia memperlakukan saya dengan cukup baik. Dia suka si kecil kesayangan. ” Shui Anluo menjawab secara alami saat matanya tetap melihat catatannya. Namun, di detik berikutnya, dia merasa ada sesuatu yang tidak beres sehingga dia melihat ke arah Mo Lusu. “Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan ini padaku?”