TFM – Chapter 3

Bab 3: Bab 3

Penerjemah: – – Editor: – –

Tiga hari setelah dia bertemu Yun, dia mendapat pesan dari Aurum bahwa dia tidak boleh terlambat untuk wawancara pekerjaannya.

Wawancara berlangsung lima hari sejak itu.

Meskipun dia telah menganggur selama lebih dari sepuluh hari, dia lebih sibuk daripada ketika dia bekerja di Taeyang Woodworking Shop. Dia bergerak sebagai penggali ginseng di siang hari dan bekerja sebagai sopir hingga larut malam.

Tanggal wawancara sudah habis.

Pabrik dan kantor Aurum berada di pinggiran kota Ansan. Dengan menggunakan transportasi umum, ia dapat tiba di pabrik dalam satu jam dari rumahnya.

Ketika dia tiba di sana, sudah ada beberapa kandidat untuk wawancara.

Oh, ada lebih dari 40 kandidat di sini.

Sebenarnya, pasti ada lebih banyak pelamar karena manajer perekrutan menyaring mereka setelah meninjau resume mereka.

Bagaimanapun, hanya tiga pelamar yang akan dipekerjakan. Meskipun itu adalah perusahaan menengah, tingkat persaingannya tinggi di antara pelamar karena bisnisnya yang makmur.

Wawancara dilakukan untuk dua kandidat sekaligus.

Waktu wawancara agak lama. Butuh lebih dari sepuluh menit untuk melakukan wawancara untuk satu kelompok kandidat, dan tampaknya wawancara itu rumit karena para kandidat keluar dari wawancara dengan wajah pucat pasi.

Itu sama untuk kelompok yang diwawancarai berikutnya. Begitu mereka keluar dari wawancara, mereka berkeringat dan menggelengkan kepala.

Meskipun Hyunwoo berusaha tetap tenang, dia hanya gugup ketika melihat mereka.

"Bapak. Jang Hyunwoo dan Mr. Oh Sangho, ayolah! ”

Aku baik-baik saja. Bukan masalah besar. Segalanya akan baik-baik saja karena presiden Yun telah memberikan kata yang baik untuk saya.

Mencoba tetap tenang, Hyunwoo pergi ke ruang wawancara. Dia melirik Oh, yang diwawancarai lainnya.

Dengan kulit putih susu, Oh seperti pangeran yang mulia. Dia mengenakan kacamata dengan bingkai ramping, yang membuatnya terlihat sangat intelektual dan tajam.

Ada lima pewawancara di ruangan itu. Tiga berusia setengah baya, dan dua lainnya adalah pria dan wanita, keduanya muda seperti Hyunwoo.

Mata Hyunwoo secara alami diarahkan ke pewawancara wanita muda.

Dia sangat tampan sehingga pria mana pun akan tergoda olehnya.

Namun, kepribadiannya tidak terlihat bagus. Berbaring di kursi, dia mengungkapkan kebosanannya secara terbuka dengan menguap kadang-kadang dan bahkan tertawa terbahak-bahak pada resume Hyunwoo.

Sebaliknya, dia tersenyum pada Oh, mengungkapkan keramahan pribadinya kepadanya dengan melambaikan tangannya. Sepertinya dia sama sekali tidak sadar dengan pewawancara lain.

Meskipun demikian, tidak ada yang menghentikannya. Itu cukup untuk membuat Hyunwoo merasakan pangkatnya di perusahaan.

Sepertinya dia adalah putri presiden perusahaan. Apakah mereka kekasih? Jika itu masalahnya, orang ini harus dijamin dipekerjakan, pikir Hyunwoo.

Kali ini, Hyunwoo mengarahkan pandangan pada pewawancara lelaki muda. Karena dia menjadi pewawancara di usia muda, dia harus muncul dari jajaran di perusahaan, pikir Hyunwoo.

Tiba-tiba mata Hyunwoo menjadi lebar karena pewawancara muda itu mengenalnya.

Sebenarnya, itu lebih dari itu. Hyunwoo dulu sangat dekat dengannya.

"Kim Yonggu?"

Hubungan Hyunwoo dengan Yonggu di antara teman-temannya yang lain sangat istimewa. Keduanya bersekolah di SD, SMP, dan SMA yang sama. Juga, keduanya berada di kelas yang sama di sekolah mereka sebanyak empat kali.

Mereka sementara terpisah ketika Hyunwoo pindah ke Ansan dari Seoul. Namun, Yonggu secara kebetulan pindah ke desa kaya di Ansan, bersekolah di SMA yang sama dengannya.

Sebelum Hyunwoo pindah, rumah mereka terletak tepat di sebelah rumah masing-masing, jadi mereka pergi ke sekolah bersama.

Melihat mereka berjalan bersama, banyak yang iri pada mereka, berkata, “Kalian pasti merasa senang karena kamu tidak kesepian.” Singkatnya, mereka bisa dianggap sebagai teman terbaik.

Namun, itu hanya indikasi seperti apa penampilan mereka di permukaan.

Sebenarnya, mereka tidak sedekat itu. Sebaliknya hubungan mereka buruk.

Meskipun Hyunwoo tidak terlalu membenci Yonggu, Yonggu akan memprovokasi dia tanpa alasan.

Hyunwoo tidak pergi ke sekolah dengan Yonggu karena dia ingin.

Hanya karena rumah mereka terletak bersebelahan, orang tua mereka memaksa mereka pergi ke sekolah bersama.

Khususnya, karena keluarga Hyunwoo mengalami kecelakaan, Yonggu terang-terangan mengabaikan dan melecehkannya. Selama sekolah menengah, Yonggu membentuk kelompok dan bahkan menyerangnya.

Bahkan sekarang, Yonggu menunjukkan sikap yang sama terhadapnya.

Yonggu menatap wajahnya dengan mata tajam. Sudut-sudut mulutnya muncul di tepi seolah-olah dia berkata, "Hei, bung, aku punya kamu sekarang!"

Apa alasannya?

Tidak ada cara bagi Hyunwoo untuk mengetahuinya.

Meskipun Hyunwoon tidak melakukan sesuatu yang baik untuknya, dia juga tidak melakukan kesalahan.

Meski begitu, Yonggu sepertinya memperlakukannya sebagai musuh sepanjang waktu.

Setelah melihat sekilas resumenya, Yonggu mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi resumenya kepada Hyunwoo.

"Bapak. Jang Hyunwoo, apa kamu tahu tentang Incoterms? ”

Pada saat itu, Hyunwoo merasa dia ketakutan. Itu adalah istilah yang belum pernah dia dengar sebelumnya. Dia tidak tahu apa arti istilah itu.

Karena dia sangat malu, Hyunwoo tidak bisa mengingat istilah yang baru saja dia dengar.

"Inco … apa yang dia katakan?"

Ketika Hyunwoo ragu-ragu, Yonggu bertanya lagi seolah-olah dia sedang berusaha menggertaknya. Itu tampak seperti wawancara tekanan yang pernah dia dengar sebelumnya.

“Kamu tahu atau tidak? Anda harus menjawab. "

Hyunwoo menjadi semakin malu. Dia hanya tidak tahu bagaimana menjawab.

"Bapak. Jang Hyunwoo, apakah kamu di sini untuk kesenangan? Apakah Anda pikir wawancara ini hanya lelucon? Kenapa kamu tidak menjawab?"

Yonggu terus menekannya dengan keras seolah-olah dia bertekad untuk mendorongnya ke tepi tebing.

"Katakan saja Ya atau Tidak. Tidak bisakah kau mengatakan itu?"

Saat dia mendorong lebih dan lebih, Hyunwoo merasa dia meluncur ke rawa.

Tidak peduli bagaimana dia mencoba untuk tenang, Yonggu tidak memberinya kesempatan untuk melakukannya.

Pada saat itu, Yonggu mengatakan sebuah kata yang menghantam kepalanya, dan jika dia melemparkan air dingin ke atasnya.

"Apakah kamu takut, Tuan Jang Hyunwoo? Bagaimana Anda bisa bekerja di perusahaan ketika Anda tidak punya nyali? "

'Apa katamu? Saya takut?'

Tiba-tiba, Hyunwoo tersinggung. Tiba-tiba dia merasa lebih nyaman.

Apa apaan! Mengapa saya harus takut saat melakukan wawancara? Apa masalah besar bahkan jika saya gagal atau berhasil di sini?

Sebenarnya, Yonggu selalu di belakang Hyunwoo dalam hal kinerja akademik sampai masa sekolah menengah mereka. Hyunwoo menduduki puncak kelas, sementara Yonggu selalu kedua di kelas karena dia. Itu sama untuk permainan atletik mereka dan persepsi teman sekelas mereka tentang mereka.

Tentu saja, semuanya terbalik ketika orang tua Hyunwoo mengalami kecelakaan lalu lintas ketika dia masih di sekolah menengah. Tetap saja, Hyunwoo berpikir dia tidak bisa mendapatkan kaki yang dingin di hadapan orang seperti Yonggu.

Oke, saya selalu menjalani kehidupan dengan tekad bahkan untuk mati. Bagaimana saya bisa takut dengan hal semacam ini? Biarkan aku melakukan ini dengan caraku.

Hyunwoo, yang matanya bergetar, kembali tenang sebelum dia menyadarinya.

"Itu istilah yang aku tidak tahu."

Sudut mulut Yonggu muncul di tepi yang tidak biasa.

"Kamu tidak tahu itu? Apakah Anda membual tentang hal itu? Jika Anda melamar suatu posisi di Bagian Pembelian, bukankah Anda pikir Anda harus memahami kata itu sebelum datang ke wawancara? "

“Saya tidak tahu apa yang mereka lakukan di Bagian Pembelian. Saya akan mulai mempelajari hal-hal yang diperlukan mulai sekarang. ”

"Ya Tuhan. Bagaimana Anda bisa melamar posisi ketika Anda bahkan tidak tahu apa yang dilakukan orang di Bagian Pembelian? Tidakkah Anda pikir Anda hanya bodoh? "

Yonggu sekarang mulai menggunakan kata-kata yang bahkan kurang sensitif tanpa ragu-ragu.

Jelas dia ingin mengerdilkan pikirannya.

Namun, semakin ia mencoba melakukannya, semakin Hyunwoo menegakkan punggungnya.

"Kurasa aku tidak bodoh karena itu."

Dia merasa sikap pewawancara berubah sedikit pada nada percaya dirinya. Bahkan pewawancara wanita muda, yang telah bosan sepanjang waktu ini, mengangkat matanya untuk melihat Hyunwoo.

Namun, Hyunwoo hanya fokus pada Yonggu, melanjutkan dengan nada percaya diri,

“Saya pikir yang dibutuhkan perusahaan ini adalah pengalaman dan kemampuan saya. Jika perusahaan menilai saya berguna, maka Anda dapat mempekerjakan saya. Tidakkah Anda berpikir bahwa saya dapat mempelajari banyak hal tentang bagian Pembelian sejak saya mempekerjakan? "

"Apakah kamu berbicara kembali padaku sekarang?"

Yonggu bertanya seolah-olah dia memarahinya, tapi Hyunwoo tidak mundur sama sekali.

"Aku baru saja menjawab pertanyaanmu."

Yonggu mengajukan banyak pertanyaan lain setelah itu, tetapi Hyunwoo menjawab tanpa ragu-ragu. Dia seperti seseorang yang telah menghafal semua jawaban setelah menerima tes sebelumnya. Dalam beberapa aspek, ia bisa dianggap kasar.

Ketika sesi tanya jawab berlanjut, sikap Hyunwoo menjadi lebih berani dari pemikiran bahwa jauh lebih baik menjadi agresif daripada bertahan.

Apakah itu berpengaruh? Pewawancara mulai memandangnya secara berbeda ketika waktu berlalu. Terutama bagi pewawancara wanita, yang berpikir dalam hati, Menarik. Dia tampak seperti kuda liar yang liar.