TGS – Chapter 11 – Inside of a Pouch (2)

Bab 11: Bab 11 – Di Dalam Kantung (2)

Penerjemah: – – Editor: – –

Diterjemahkan oleh: ShawnSuh

Diedit oleh: SootyOwl

"Oke, waktu. Itu bagus untuk percobaan pertama. Anda mengamati dengan baik. "

"Ya pak."

Sun Hwa menghela nafas keras dan jatuh ke kursinya. Rasanya jauh lebih melelahkan daripada menaiki dan menuruni tangga. Dia meminjam daftar kata-kata Bom untuk melihat apa yang bisa dia lewatkan, "Apa yang saya lewatkan?"

"Kamu pandai melihat sesuatu dari pandangan burung," kata Juho.

Sun Hwa menatapnya.

"Maksud kamu apa?"

"Kamu melihat hutan itu sendiri, bukan pohonnya."

‘Hutan?’ Sun Hwa memeriksa daftar lagi. Dia merenungkan saat dia berjuang: cairan aneh itu, hanya cairan. Dia mati-matian mencoba mengingat nama itu karena dia tidak dapat menemukan kata-kata lagi. Pikirannya fokus pada perincian karena tidak ada lagi informasi yang dapat diidentifikasi hanya dengan melihat dari luar. Dia melihat sekeliling ruangan lagi. Hanya dengan jas lab saja ada kata-kata seperti saku, lengan dan putih. Kemudian, dia mulai melihat hal-hal yang tidak terlihat saat yang lalu.

"Apakah aku pernah buruk dengan detail?"

Pada saat Sun Hwa menyadarinya, anggota klub lainnya juga melakukannya.

“Detail itu penting. Apakah itu rahasianya? Bukankah itu akan memberikan keuntungan lebih besar kepada orang yang mengejar? "

"Oh ya! Aku lupa memberitahumu, tidak ada kata-kata yang berulang. ”

"Apa…? Apakah tidak ada keuntungan bagi orang yang pergi dulu? "

Sama seperti Seo Kwang sedang merenungkan kapan ia harus mendapatkan gilirannya, kata-kata Mr. Moon membuatnya semakin berpikir. Sementara dia sibuk berpikir, Sun Hwa memberi tahu Bom, "Selesaikan ini, Bom."

"Haruskah saya? Mr. Moon, saya akan pergi berikutnya. "

"Yakin."

Seolah menyerah, Seo Kwang diam-diam mengangkat tinjunya di depan mata Juho. Itu adalah tawaran tak terucapkan untuk menyelesaikannya dengan permainan batu-kertas-gunting. Juho mengangguk.

"Pemenang terakhir."

"Terserah."

"Rock, paper, scissor!" Seo Kwang bermain rock, dan Juho memainkan paper. Juho menang. Dia akan pergi terakhir. Seo Kwang tersenyum dan membuat Juho sebuah janji sombong kepada Juho, "Aku akan memastikan bahwa tidak ada yang tersisa untukmu."

‘Ya, ya. Lakukan yang terburuk, "pikir Juho.

Timer mulai, dan Bom tampak sedikit gugup. Dia membuka mulut dengan tergesa-gesa.

"Um, kertas, tali, pohon, tempat pensil, kain, pena, pensil mekanik, tutup, pegangan, karet, ujung pena, pegas, tinta … dan uh, ikat rambut, coretan, huruf, dan … dan …"

Dia fokus pada hal-hal yang bisa dia temukan di meja pertama: kertas dan tali dari buku catatannya dan pohon dari meja. Bom buru-buru melihat sekeliling. Dia jelas lebih detail daripada Sun Hwa, tapi dia tegang. Masuk akal mengingat ada batas waktu. Selain itu, kata-kata Sun Hwa katakan terus mengganggu pikirannya. Kata-kata yang sama dan berulang menari-nari di mulut Bom.

"Itu … um … seragam, label nama, sandal, kaus kaki, celana panjang, kemeja, luas, pakaian aktif, kancing, lengan, saku, kerah, lapisan, benang, simpul, kerut, um, um, dan …"

Dia tersandung untuk menemukan lebih banyak kata. Ada beberapa kata keluar dari mulutnya. Ada celah panjang di antara keduanya, tetapi hasilnya tidak buruk sama sekali. Mr. Moon berteriak berhenti, dan Bom kembali ke tempat duduknya sambil menenangkan napas. Masih ada sisa-sisa kegembiraan di wajahnya.

"Itu bagus, Bom."

"Oh, tidak apa-apa. Saya agak malu karena saya tergagap begitu banyak. Aku bahkan tidak bisa melihat-lihat ruangan seperti yang dilakukan Sun Hwa. Saya harus berpandangan sempit. ”

Dia melambaikan tangannya sebagai penolakan atas pujian Sun Hwa. "Pendekatan Bom jelas lebih efektif daripada Sun Hwa," pikir Seo Kwang. "Melihat bagaimana dia mengeluarkan banyak kata dari seragam, mungkin kita benar-benar terlalu bergantung pada apa yang kita lihat."

"Giliran saya."

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Mr. Moon memulai timer. Seo Kwang berbicara dengan tenang dan tidak terburu-buru. Dia menyadari bahwa dua menit bukanlah waktu yang singkat setelah menonton Sun Hwa dan Bom. ‘Ada banyak waktu. Tidak terburu-buru '

"Mari kita lihat, pria dan wanita, dan … benda, benda, kaca, plastik, surat, kalimat, pengenalan diri, buku, rak buku, judul, penulis, penerbit, penerjemah, terbitkan, terbitkan tanggal, edisi, edisi, sampul , pita kertas, angka, mm, dan … "

Seo Kwang berpikir sejenak dan melanjutkan. Itu adalah kata-kata yang belum disebutkan.

"Cahaya, sinar matahari, debu, debu mikroskopis, udara, napas, pernapasan, panas, suara, suara, nada tinggi, nada rendah, siswa, guru, waktu, remaja, teman, persahabatan, keberanian, harapan dan impian, perdamaian, pemuda, dan…"

Seo Kwang berjalan mendekat dan membuka jendela. Angin sepoi-sepoi sejuk mengalir ke dalam ruangan.

"Angin yang menyegarkan."

"Wow, masa muda," kata Juho dengan linglung. Seo Kwang melontarkan kata-kata seperti persahabatan, keberanian dan harapan serta impian. Itu adalah keberanian anak muda. Menjadi pembaca yang kuat, ia memang memiliki rasa bahasa yang berkembang.

"Wow! Itu membuat hati saya hampir bergerak. Akting itu. "

"Aku tahu! Itu bagus."

Sun Hwa lebih dulu dibesar-besarkan, meskipun Bom tampak benar-benar terkesan. Menikmati tanggapan dari kerumunan, Seo Kwang membuat wajah bangga. Saat itu, Sun Hwa berkomentar, "Ya, Anda perlu perhatian pada usia itu."

"Jangan iri dengan indraku."

"Saya tidak pernah diperlakukan sedemikian buruk dalam hidup saya."

Pada saat pertengkaran mereka mereda, Bom berbicara dengan tenang, "Itu luar biasa, Seo Kwang."

"Kamu terlalu baik."

Di sini ada teman lain yang tidak memiliki kerendahan hati. Kesombongannya menembus atap. Bom sangat terkesan. Kata-kata ada bahkan di tempat-tempat yang tak terlihat, dan Seo Kwang mengeluarkan fakta bahwa Juho telah lupa. Rasanya penglihatannya melebar, jadi Bom memuji Seo Kwang.

"Aku bahkan tidak memikirkannya. Itu luar biasa. ”

"Oh, itu bukan apa-apa. Saya sangat luar biasa. ”

"Ya, kamu benar-benar tak tahu malu," Juho setuju bahwa Seo Kwang luar biasa, meskipun dengan cara yang berbeda dari Bom.

Kecemasannya bisa menular, tetapi dia bahkan berjalan ke jendela untuk membukanya. ‘Apakah seseorang menjadi semakin tak tahu malu semakin banyak membaca?’ Tidak, itu hanya kepribadiannya. Dia dilahirkan dengan itu.

"BAIK. Terakhir, giliran Juho, "kata Mr. Moon.

Seo Kwang kembali ke tempat duduknya.

“Pasti sulit untuk menjadi giliranmu tepat setelah aku. Jangan merasa terbebani, teman saya. "

"Sangat melelahkan untuk mengejar seorang teman yang tidak memiliki kerendahan hati," jawab Juho sambil tersenyum pada kesombongan Seo Kwang.

Di sisi lain, Sun Hwa, yang tidak menyukai kesombongan Seo Kwang, menambahkan sambil memelototinya dengan tajam, "Juho, pastikan Anda memulai dengan kata‘ keledai. '"

“Hm, aku sedang memikirkan kata-kata lain yang tersisa. Saya akan mengingatnya. "

"Di mana kamu menemukan kata itu?"

"Di sini, di wajah bodohmu."

"Aku mengerti kata-katamu semakin edgier."

"Sana-sana, tenanglah."

Meninggalkan Bom di belakang, berusaha dengan takut-takut untuk memecahkan pertengkaran mereka, Juho bangkit dari kursinya perlahan. "Simpan mereka di mulutmu dan genggam di tanganmu." Batasnya adalah ruangan, di mana pun mata bisa melihat. Itu mungkin jebakan yang ditanam oleh Mr. Moon. Kata-kata ada di mana-mana. Di dalam, di luar, dan di antaranya. Seo Kwang melakukan pekerjaan besar menggali. Dalam mencari kata-kata, ia dengan berani melompat ke yang tak terlihat. Senyum puas Mr. Moon adalah buktinya.

Sun Hwa telah mengungkapkan kepribadiannya yang berani, dan Bom bahkan menangkap detail paling menit. Itu hampir mengungkapkan bagaimana mereka memandang dunia. ‘Bagaimana dengan diriku sendiri? Sulit untuk merasakan sesuatu yang belum pernah saya lakukan sebelumnya. Saya harap saya tidak mempermalukan diri sendiri dengan tidak bisa bicara banyak. Tidak, saya yakin saya akan melakukannya dengan baik karena saya telah mengamati semua orang, "pikir Juho.

Melihatnya berdiri diam, Tuan Moon bertanya, "Apakah Anda siap?"

Seperti orang lain, Juho melihat sekeliling ruangan. Satu demi satu, pemandangan yang dikenalnya menemukan jalan masuk ke pandangan Juho: Sun Hwa dan Bom duduk di seberangnya, Seo Kwang duduk di sebelahnya, Tuan Moon duduk sambil menghadap siswa, dan Baron menghadap Tuan Bulan, sekarat karena bosan. Melihat semua orang duduk di sekitar meja persegi panjang, Juho mengarahkan pandangannya pada satu titik. Matanya bertemu dengan Baron. Tanpa berusaha menghindari pandangan Juho, Baron berdiri dari kursinya.

Tetap tenang bahkan setelah melakukan kontak mata dengan kakak kelas, Juho menjawab dengan nada murung, "Aku siap."

"Siap, mulai."

Baron bertanya-tanya apakah Juho akan bertanya apakah dia berkulit hitam. Dia memang melakukan kontak mata dengan yang lain karena mereka sibuk mencari kata-kata. Dari tahun-tahun pertama penghindaran kontak mata dengannya, Baron menyadari bahwa dia bukan orang yang dihindari, tetapi kata-kata yang mengelilinginya. ‘Apakah dia akan mengatakannya? Kata-kata sensitif itu? "Pikir Baron.

Juho mulai.

"Orang-orang, manusia, manusia, manusia, karakter, martabat, manusia, kepribadian, penampilan, kehidupan, umur, sifat manusia, keberadaan, makhluk hidup, hati, aku, diri, ego, id, identitas, superego, pengalaman, pengakuan, masa lalu, sekarang, masa depan, bakat, kemakmuran, jatuh, kabar baik, berita sedih, berita menarik, perjuangan, kegembiraan, air mata, senyum, dendam, keterikatan, keterikatan, cinta, nikmat, menawan, kasih sayang, kebahagiaan, sakit, teror, kesulitan , kemarahan, amarah, harapan, ketakutan, simpati, dahsyat, kekacauan, ketidaktahuan, orang dalam, aib, kebencian, gairah, rasa hormat, hina, permintaan, keinginan, kerinduan, kesenangan, ketidaksenangan, kenang-kenangan, indra, emosi, sentimen , kepekaan, menghargai, kehangatan, kesehatan emosional, suasana hati, perasaan, pikiran, pertanyaan, keraguan, kepedulian, panggung dalam kehidupan, usia, lawan jenis, ingatan, otak, respons, ekspresi, harapan, kepercayaan, keyakinan, perjuangan, ekonomi, agen utama, pengawasan, sifat sejati, subjek, pusat, inti, etika, seksualitas, gen, nilai, nilai, m ind, tubuh, peraturan, kecantikan, pengetahuan, kecerdasan, kebijaksanaan, filsafat, tindakan, kepribadian, sifat takut-takut, berani, acuh tak acuh, ramah, misterius, konservatif, progresif, kekakuan, perjodohan, konflik, kemunafikan, aturan, kewaspadaan, aturan, kewaspadaan, batas, jarak, bahasa, kehidupan, masyarakat, hubungan, lokasi, tempat, karakteristik, individu, pilihan, keputusan, minat, pemikiran, hati nurani, keadaan emosi, niat, kecenderungan, keinginan, keinginan, kemauan, kehendak, satu-satunya. ”

"Waktunya habis."

Ada keheningan di kamar setelah seruan Mr.Moon. Angin bertiup ke dalam ruangan melalui jendela yang terbuka, dan rambut-rambut berhamburan dengannya.

"Wow."

Udara mulai mengalir lagi di alam bawah sadar Sun hwa. "Itu luar biasa!" "Luar biasa!" Di tengah-tengah itu semua, Baron tidak bisa mengatakan sepatah kata pun. Dia menelan, berkeringat dingin. Hanya Baron yang merasakan tatapan di mata Juho saat dia tanpa lelah memuntahkan kata-kata.

Ada kemandulan. Itu adalah kekeringan tanpa setetes kelembaban. Itu sepi dan gersang. Mata Juho tertuju pada hati Baron. Mereka menggerakkan dia tanpa henti. Tidak ada belas kasihan. Baron merasakan sensasi terbakar di kulitnya dari pandangan Juho. Ketika udara bertemu kulit, urat dan sarafnya terbuka, rentan terhadap bahaya yang masuk. Dia gelisah. Baron dengan lembut mengusap pipinya yang tegang dan kaku. Ada begitu banyak hal yang dapat ditemukan dalam tubuh itu.

Tamat