Chapter 1178 – : Getting Married

Bab 1178: Menikah

Penerjemah: CKtalon Editor: CKtalon

Sama seperti Fangzheng resah, Tian Xin perlahan berkata, “Haruskah aku menceritakan sebuah kisah padamu?”

Fangzheng sedikit mengangguk.

Tian Xin berkata, “Saya kenal anak laki-laki. Namanya Ding Mu, nama yang sangat membosankan. ” Setelah mengatakan itu, Tian Xin melirik Fangzheng.

Fangzheng tidak mengatakan sepatah kata pun karena dia pura-pura tidak mengerti.

Tian Xin melanjutkan. “Saya ingat ketika kami berada di universitas, dia dan saya adalah dua orang pertama yang melapor ke sekolah. Dia yang pertama, dan saya yang kedua. Dia sangat tinggi, dan berdiri di depan saya, dia hampir menghalangi seluruh pandangan saya. Ketika dia selesai menulis namanya, giliran saya. Saya terkejut menemukan bahwa kami berdua adalah mahasiswa dari fakultas seni! Saya terkesiap. Dia berbalik dan menatapku, tersenyum bodoh sebelum pergi dengan malu-malu.

“Pada akhirnya, ketika seorang guru yang bertugas mengatur kami untuk pertemuan kelas, kami bertemu lagi. Kami saling memandang dengan heran dan mendapati itu lucu. Kami sebenarnya ditakdirkan.

“Fakultas yang sama dan kelas yang sama. Kami mungkin yang paling akrab satu sama lain dari semua orang di kelas. Karenanya, kami menjadi teman satu meja, membaca buku, melewatkan kelas, dan pergi hiking bersama …

“Nanti, aku mengaku padanya.”

Fangzheng menatap Tian Xin dengan heran. Dia tidak pernah berharap gadis ini akan mengaku lebih dulu. Dia berpikir bahwa sebagian besar waktu, adalah orang yang mengambil inisiatif … Fangzheng dengan tegas mengingat aturan ini. Dia ingin mengumpulkan beberapa pengalaman dalam menemukan seorang istri untuk masa depan ketika dia meninggalkan asketisme.

Ketika Tian Xin terus berbicara, pemandangan mulai muncul di benak Fangzheng.

Di lapangan sekolah di pagi hari, bocah lelaki dan perempuan itu berlari pagi bersama. Agar lebih tinggi dari anak laki-laki, gadis itu terus-menerus menyesuaikan posisinya. Tujuannya adalah untuk membuat bayangannya lebih lama dari pihak lain sehingga dia bisa mendapatkan kembali kepercayaan pada tinggi badannya.

Sebelum kelas berakhir pada siang hari, bocah lelaki dan perempuan itu menyelinap keluar dari pintu belakang.

Setelah kelas berakhir pada sore hari, lelaki dan perempuan itu — satu tinggi, satu pendek, satu memakai celana longgar, yang lain mengenakan rok — dengan cepat berlari ke kantin dengan kotak makan siang mereka. Kemudian, mereka memindai semua hidangan di kantin. Mereka memilih makanan yang lezat dan memesan lebih banyak.

Namun, setiap kali mereka duduk, anak lelaki itu akan menyerahkan telur goreng tomat di piringnya kepada gadis itu. Dia mengatakan bahwa dia tidak suka tomat, tetapi jika dia tidak, mengapa dia memesan hidangan ini?

Gadis itu selalu memberikan daging babi yang direbus itu kepada bocah itu, mengatakan bahwa dia juga tidak menyukainya.

Mereka berdua saling tersenyum dan menundukkan kepala untuk makan. Namun, pada akhirnya, gadis itu akan selalu makan setengah dari makanan anak laki-laki itu. Dia sedih menyadari bahwa dia bisa makan lebih dari seorang laki-laki …

Di ruang belajar malam, mereka berdua suka duduk di sudut. Satu membaca novel, sedangkan yang lain menggambar. Mereka tidak mengatakan sepatah kata pun, tetapi mereka tetap berada di sisi satu sama lain dan menikmati keheningan milik mereka berdua.

Waktu berlalu dengan cepat di universitas. Gadis itu menyaksikan ketika pasangan putus satu demi satu di universitas, dan hatinya terselubung dalam bayangan gelap. Gadis dan bocah itu berpisah — dia pergi ke selatan, sementara bocah itu kembali ke barat daya. Dia mendengar bahwa anak-anak di barat daya cenderung tidak pergi. Mereka biasanya menetap di sana, menikah dan memiliki anak setelah mencari pekerjaan di sana.

Dia ingin mengikutinya, tetapi dia tidak bisa dalam jangka pendek.

Namun, ketika dia turun dari kereta, dia melihat anak lelaki itu memegang tas bawaan, berdiri di luar pintu kereta, menatapnya dan tersenyum padanya.

Dia bertanya, “Mengapa kamu tidak kembali ke rumah?”

Dia berkata, “Saya tidak tahu. Saya ingin pulang, jadi saya mengikuti Anda. “

Dia memutar matanya ke arahnya, membawanya pulang, dan memperkenalkannya kepada orang tuanya.

Orang tuanya tidak setuju, juga tidak keberatan. Mereka membiarkannya tinggal.

Bersama-sama, keduanya merevisi, melamar pekerjaan, dan menghadiri wawancara …

Awalnya, dia berpikir bahwa mereka berdua bisa menghabiskan sisa hidup mereka bersama, tetapi pada hari itu, orang tuanya kembali ke kota asal mereka. Dia pergi bekerja, sementara dia tetap sendirian di rumah. Dia tidak tahu apa yang terjadi, tetapi tiba-tiba ada api yang menghalangi pintu. Tidak bisa keluar, dia hanya bisa bersembunyi di balik jendela pelindung dan berteriak sekuat tenaga, berharap seseorang akan datang dan menyelamatkannya.

Tetangga di sekitarnya ingin membantu memadamkan api, tetapi api itu terlalu besar dan tidak bisa dipadamkan. Pintu itu terbuka, tetapi api menyala. Tidak ada yang bisa masuk.

Dia merasa putus asa dan mengira dia sudah ditakdirkan … Di bawah asap tebal, dia perlahan-lahan kehilangan kesadaran.

Dalam kabutnya, dia melihat seseorang bergegas masuk dengan selimut basah menutupi dirinya. Pihak lain membungkusnya dengan selimut basah, lalu membawanya ke alam bawah sadar.

Dia tidak tahu apa yang terjadi, tetapi ketika mereka berlari, dia merasakan tubuhnya terlempar ke udara. Setelah itu, dia mendengar seseorang menjerit. Ada juga teriakan. “Tangkap dia!”

“Runtuh! Oh tidak!”

“Pindahkan mobil-mobil. Petugas pemadam kebakaran ada di sini! ”

…

Dia tidak tahu apa yang terjadi setelah itu. Ketika dia bangun, dia melihat orang tuanya menangis di samping, tetapi anak laki-laki itu tidak terlihat. Dia bertanya, “Di mana dia?”

Orang tuanya mengatakan bahwa dia pergi.

Dalam penyangkalan, dia menelepon, tetapi tidak ada yang menjawab. Dia bertanya kepada orang lain, tetapi tidak ada yang berbicara.

Hanya ketika dia keluar dari rumah sakit dia menyadari bahwa orang yang menyelamatkannya adalah Ding Mu. Ding Mu telah masuk dari sebuah rumah yang tidak memiliki layar anti-pencurian yang terpasang. Ketika Ding Mu membawa Tian Xin ke jendela, bangunan itu runtuh. Pada saat kritis itu, Ding Mu telah melemparkannya ke ranjang empuk di lantai bawah dengan banyak selimut yang telah disiapkan oleh orang lain sejak lama. Adapun dia, dia dimakamkan di reruntuhan.

Pada saat petugas pemadam kebakaran tiba, memadamkan api, dan menemukannya, itu sudah …

“Saya pribadi mengirimnya kembali. Selain itu, dia dikremasi oleh saya, ”kata Tian Xin sambil menatap Fangzheng dengan penuh perhatian.

Fangzheng merasa sedikit bersalah. Ini bukan kemiripan, tetapi misi pintu. Sayangnya, dia tidak bisa mengatakan itu padanya.

Setelah mendengar cerita Tian Xin, Fangzheng merasakan emosi yang campur aduk. Pada saat itu, dia bahkan lebih kehilangan kata-kata.

Berpura-pura bahwa dia adalah Ding Mu? Untuk membuatnya bahagia?

Namun, adakah kebutuhan untuk memalsukan kebahagiaan? Tian Xin adalah gadis yang kuat. Meskipun dia sedih, dia tidak merasa putus asa. Meskipun dia kesakitan, dia tidak pesimis. Dia masih memiliki cinta di hatinya karena dia masih mengenakan cincin tembaga di tangannya. Ding Mu telah membelinya dari warung pinggir jalan untuknya sebagai hadiah lelucon. Namun, setelah Ding Mu pergi, dia memperlakukannya sebagai cincin pernikahan dan dengan sungguh-sungguh mengenakannya di jari manisnya untuk menunjukkan kepada publik bahwa dia sudah menikah.

Berbohong pada gadis seperti itu sangat memalukan.

Tetapi untuk mengakuinya? Dia tidak tahan untuk menyakitinya ketika dia melihat secercah harapan di mata Tian Xin. Terlepas dari bagaimana dia bertindak, dia tidak akan bisa tinggal selamanya. Dia hanya seorang pejalan kaki sementara dan harus memiliki kesadaran diri seseorang.

Ketika Fangzheng mendengar itu, dia tahu apa yang harus dia lakukan. Dia berdiri dan berkata, “Sama-sama. Surga pasti telah mengatur agar kita bertemu karena suatu alasan. Saya harap Anda akan bahagia di masa depan. “

Tian Xin tersenyum dan berkata, “Tentu saja! Blockhead selalu berada di sisiku. Saya harus menjalani hidup yang bahagia. Saya ingin dia melihat saya tersenyum bahagia di surga. “

Fangzheng mengangguk.

Tian Xin tiba-tiba mengulurkan tangan ke Fangzheng dan berkata, “Besok adalah pernikahan saya. Bisakah saya mengundang Anda? “

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami agar kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.