Chapter 56

Bab 56: Tidak Ada Yang Lebih Dari Itu

Penerjemah: Editor Atlas Studios: Atlas Studios

'' Sun Weiwei, apakah Anda memiliki nyali yang mengungkapkan sisi jahat Anda di depannya? Menyerah padanya, dia bukan milikmu. Anda tidak lebih dari seorang adik perempuan baginya, "ejek Mo Li.

Mo Li tampaknya telah membuat catatan masam tentang bagaimana Sun Weiwei tumbuh menjadi kemarahan yang tidak terkendali. Merah karena marah, dia membentak, "Mo Li, kamu bisa mencoba keberuntunganmu jika kamu tidak percaya apa yang baru saja aku katakan!"

Segera setelah dia menyelesaikan kalimatnya, dia berbalik dan melompat ke van pengasuh, yang langsung meluncur turun.

Mei Yangyang kemudian terus membantu Mo Li naik. Seorang Xiaoning bisa mengatakan bahwa Mo Li gemetar karena marah bukannya ketakutan.

Memar besar terbentuk di tempat di tangan Mo Li yang diinjak Sun Weiwei. "Mo Li, kamu baik-baik saja?" Tanya Xiaoning cemas.

"Aku baik-baik saja, terima kasih, Xiaoning."

"Jangan sebutkan itu, kami memiliki beberapa hotpot dan kebetulan memperhatikan apa yang sedang terjadi. Apa yang kamu lakukan di sini?"

"Aku keluar untuk jalan-jalan, sendirian."

"Biarkan aku memberimu tumpangan pulang. Mobil saya ada di sana, ”menawarkan An Xiaoning, menunjuk ke arah mobilnya.

"Tentu, terima kasih."

Setelah masuk ke mobil, An Xiaoning memperhatikan ekspresi sedih dan cemberut di wajah Mo Li. “Di mana kamu tinggal?” Dia bertanya.

"Ming Yuan Estate." Melihat bahwa Xiaoning tidak bertanya padanya tentang kejadian dengan Sun Weiwei, Mo Li memutuskan untuk mengambil inisiatif untuk menjelaskan, "Ye Xiaotian adalah saudara baptisnya. Tujuan dari ancamannya hanyalah untuk membuat saya meninggalkannya. Namun, sekarang belum waktunya. "

"Sudah berapa lama kamu bersamanya?"

"Aku 22 tahun ini, dan aku sudah berkencan dengannya sejak aku berusia 18 tahun, jadi kita sudah bersama selama empat tahun sekarang." Dengan senyum masam yang menggantung di bibirnya, Mo Li melanjutkan, diri positif telah berkurang menjadi ini, semua karena pikirannya yang berubah-ubah dan siksaan yang telah dia lalui. Dia tidak akan pernah menikah dengan saya atau memberi saya status atau semacamnya, namun dia menolak untuk membiarkan saya pergi. Mungkin karena dia hanya memperlakukan saya seperti mainan dan tidak lebih dari itu. "

“Kenapa kamu memutuskan untuk bersama dengannya? Bagaimana kalian berdua mulai berkencan? ”Seorang Xiaoning membombardirnya.

Ekspresi lembut terbentuk di wajah Mo Li ketika dia mengingat dan mengenang masa lalu sementara dia menjawab, "Aku tidak bisa bersama dengannya untuk uang atau apa pun. Sebagai remaja muda dan bodoh, saya biasanya menemukan orang-orang yang keras kepala dan berkepala besar seperti dia yang sangat menawan saat itu. ”

“Kami seumuran. Saya juga berusia 22 tahun, ulang tahun saya pada bulan Juli, ”kata An Xiaoning.

Sambil tersenyum, Mo Li menjawab, "Milikku pada bulan Agustus."

Mei Yangyang tetap diam di kursi belakang sepanjang perjalanan, memastikan tidak mengganggu pembicaraan mereka.

Setelah tiba di pintu masuk Estate Ming Yuan, Mo Li mengucapkan selamat tinggal padanya, "Terima kasih Xiaoning, bye-bye."

"Bye-bye," kata An Xiaoning, lalu dia membalikkan mobil dan pergi.

"Kak, aku agak kasihan Ms. Mo."

“Beberapa orang seperti itu. Mereka tampaknya menjadi tangkapan hebat di permukaan, tetapi warna asli mereka hanya muncul setelah Anda berinteraksi dengan mereka selama beberapa waktu. Ada pepatah yang mengatakan ‘Pria takut masuk ke lini bisnis yang salah, sementara wanita takut menikahi pria yang salah.’ Memang, Anda harus mempertimbangkan seseorang dengan cermat sebelum memutuskan untuk bersama dengan mereka. Saya terlalu ceroboh, ”kata An Xiaoning.

"Tapi Kak, ipar sepertinya pria yang lembut dan santun."

“Itu karena kamu belum mengenalnya dengan baik.” Bagi An Xiaoning, Jin Qingyan jauh dari lembut dan sopan. Bahkan, dia licik dan sangat temperamental. Meskipun mereka hanya mengenal satu sama lain untuk waktu yang singkat, dia sudah melihat sendiri setiap kekurangannya dan mengalami perubahan suasana hati yang konstan.

Seorang Xiaoning pulang sendirian setelah mengantar Mei Yangyang ke rumahnya.

Fan Shixin kebetulan berkeliling berkeliling ketika dia tiba di rumah, dan dengan demikian membuka gerbang untuknya.

"Nyonya muda, Bos baru saja pergi ke Istana Tua."

"Oke."

Sekali jalan, dia berganti ke sandal rumahnya, pergi ke atas untuk mandi sebelum mengeringkan rambutnya, dan selesai dengan masker wajah. Xiaoning berbaring di tempat tidur dan bersandar di sandaran kepala, mengenakan piyama tebal yang nyaman. Dia dengan santai mencari berita dan menjelajahi Internet, hanya untuk menyadari bahwa tidak ada jejak berita tentang Sun Weiwei. Tampaknya Sun Weiwei memiliki asisten humas yang cukup mumpuni, meskipun ada beberapa diskusi dan posting tentang dia di Weibo. Namun, mereka juga secara misterius dihapus dengan cepat setelahnya, karena An Xiaoning tidak bisa lagi menemukan posting ketika dia kembali ke halaman Weibo.

Namun, itu tidak terlalu mengganggu An Xiaoning. Tidak ingin menggunakan teleponnya lagi, dia bangkit dari tempat tidur dan mencari beberapa buku untuk dibaca.

Sejujurnya, ini adalah pertama kalinya Xiaoning memasuki ruang belajar Jin Qingyan sejak dia menikah dengannya.

Pintu ruang belajar ditutup tetapi tidak dikunci.

Saat dia menyalakan sakelar, seluruh ruangan dipenuhi cahaya putih terang.

Itu adalah ruangan yang luas, dengan tiga rak buku diletakkan di dinding, masing-masing diisi dengan buku. Dia tidak bisa tidak bertanya-tanya apakah dia benar-benar membaca semua dari mereka atau jika itu semua hanya fasad, supaya dia tampak berpengetahuan luas.

Xiaoning bersandar di rak buku dan memindai genre untuk yang dia sukai.

Akhirnya, rak paling atas menarik perhatiannya. Menempatkan tangga di samping, dia memanjat dan menggerakkan jari-jarinya melewati duri buku untuk mencari buku yang dia minati. Akhirnya, dia menatap buku tentang pengalaman pribadi.

Sama seperti dia menghapus buku itu, buku-buku lain di sepanjang baris yang sama di rak juga jatuh ke tanah.

Dia tidak punya pilihan selain membawa buku yang telah dipilihnya dan menuruni tangga sebelum berjongkok untuk mengambil dan mengatur buku-buku yang tersisa di tanah. Tiba-tiba, dia melihat sekilas amplop kuning di antara buku-buku itu.

Tidak ada satu kata pun yang tertulis di amplop itu.

Dia mengambil amplop dan menemukan foto setelah mengintip ke dalam.

Itu adalah foto lama beberapa anak.

Melihat foto itu, An Xiaoning secara kasar bisa mengetahui siapa mereka masing-masing.

Dari kiri ke kanan, itu Long Tianze, Mo Li, Jin Qingyan, Ling Ciye, dan seorang gadis dengan wajah yang tidak dikenal.

Dalam foto itu, Jin Qingyan tampaknya berusia sekitar 10 tahun, kira-kira.

Xiaoning mulai merenungkan mengapa dia menyimpan foto itu di dalam amplop karena sepertinya tidak ada yang aneh tentang itu. Selain itu, foto dengan nilai sentimental seperti itu harus disimpan dengan baik di album foto.

Xiaoning tidak mengembalikan foto ke posisi semula dan alih-alih mengatur ulang buku. Dia kemudian meletakkan tangga ke samping dan meninggalkan ruang belajar dengan buku yang telah dia pilih dan fotonya.

Sebuah Xiaoning adalah 20 halaman jauh ke dalam buku ketika Jin Qingyan kembali ke rumah dan membuka pintu kamar mereka.

“Aku pergi ke ruang belajarmu untuk mencari buku untuk dibaca, tetapi akhirnya aku merobohkan beberapa buku secara tidak sengaja. Dan saya menemukan ini saat membersihkan kekacauan. "

Jin Qingyan bergerak maju dan mengambil foto itu dari tangannya. Setelah melirik sebentar, dia berkata, "Aku akan mengembalikannya."

“Simpan di album. Bukankah ini foto lama? "

"Aku tidak bisa melakukan itu," ia memotong dan menuju ke ruang kerja.

Sambil memegang foto itu di tangannya, Jin Qingyan memandang dan merasakan sakit yang luar biasa di hatinya ketika dia terus memfokuskan matanya pada gadis di sebelah Ling Ciye di foto itu. Dia kemudian meletakkannya kembali di dalam amplop di atas meja dan menyelipkan amplop itu di antara buku-buku di rak.

Seorang Xiaoning berpikir dia akan mengemukakan masalah tentang foto itu ketika dia kembali dari ruang kerja. Yang mengejutkannya, dia tidak menghirup sepatah kata pun tentang itu.

Dibanjiri rasa ingin tahu, dia bertanya, "Siapa gadis di sebelah Ling Ciye? Saya belum pernah melihatnya sebelumnya. "

Dengan gerakan kaku, dia menjawab dengan dingin, "Seorang tetangga."

"Apakah dia naksir pertamamu?" Tanya An Xiaoning. Itu normal bagi seseorang untuk berpikir seperti itu, mengingat reaksinya.

"Tidak. Apakah saya tipe orang yang masih memiliki perasaan terhadap seorang gadis yang dulu saya sukai ketika saya masih kecil? "Katanya sambil tetap tenang dan tenang.

"Yah, aku tidak akan pernah tahu." Xiaoning memiliki perasaan yang mengganggu di dalam hatinya bahwa gadis itu memiliki arti baginya. Dia tidak akan segan membicarakannya, kalau tidak.

"Percayalah, itu bukan apa yang kamu pikirkan. Saya akan memberi tahu Anda lebih banyak tentang hal itu dan dia ketika waktunya tepat. Ceritanya panjang, ”dia meyakinkan An Xiaoning sambil menatapnya dengan sungguh-sungguh.