Chapter 40: Silver Handgun

Babak 40: Pistol Perak

Penerjemah: Editor Terjemahan EndlessFantasy: Terjemahan EndlessFantasy

Mendengar ini, Benjamin ragu-ragu sejenak, dan berkata, "Tapi, saya belum membeli senjata."

Dia belum berencana pulang dulu.

Ksatria yang lain segera menyarankan: "Kekacauan di bagian luar kota, Anda, Sir Lithur, telah melihat dengan mata kepala Anda sendiri, bagaimana jika orang yang jatuh yang menculik Anda muncul lagi? Silakan kembali dulu, maka kita akan bicara . "

Benjamin berpikir sejenak, lalu membuat rencana.

Membeli pistol itu bukan poin utama, dia mungkin bisa mencoba mengeluarkan sesuatu dari Paladin.

Dia menggunakan suara yang ditentukan, seolah-olah dia mati, dan berkata: "Tidak! Orang-orang yang jatuh ini begitu kuat, jika saya tidak memiliki kekuatan untuk membalas, perbedaan apa yang akan terjadi di bagian dalam kota itu? Kalian berdua telah melihat, jika bukan karena aku yang melepaskan tembakan, yang jatuh hari ini mungkin tidak akan mundur. Segera, ayahku akan mengambil kembali senjata ini, jika yang jatuh itu untuk menghindari kalian berdua, kemudian muncul di depan saya, apa yang akan saya lakukan? "

"Ini…"

Para paladin tidak pandai berbicara seperti uskup, mereka tidak tahu bagaimana menjawab.

"Keahlian menembakku juga tidak buruk, jika aku memiliki pistol, aku bisa bertarung dengan yang jatuh." Benjamin melihat ini, dan terus menambahkan minyak ke dalam api, "Tuan Paladin, saya tahu perdagangan senjata api dilarang di kerajaan, tetapi seperti yang Anda berdua lihat, yang jatuh telah menjadi begitu merajalela, warga negara biasa hanya bisa berharap untuk berkontribusi dalam menaklukkan mereka, haruskah permintaan semudah itu ditolak? "

Kata-katanya penuh dengan kebenaran, seolah-olah dia telah berubah menjadi salah satu dari orang-orang percaya yang fanatik.

Para paladin menjadi semakin bertentangan. Setelah beberapa pemikiran, paladin laki-laki berkata: "Setelah menemukan yang jatuh, kami harus melaporkannya terlebih dahulu, ditambah, dalam situasi kami saat ini tidak dapat terus melindungi Anda. Jika kami membiarkan Anda pergi membeli senjata sendirian dan ada sesuatu yang untuk terjadi, kita tidak dapat mengambil tanggung jawab. "

Keras kepala.

Benjamin tidak menyerah. Dia tahu ini adalah jawaban terakhir para paladin.

"Penyihir itu bisa meletakkan surat di bawah bantalku, apakah kamu pikir kalian berdua bisa menghentikannya? Jika aku punya pistol di tanganku, setidaknya aku bisa menembak sebagai pembalasan, dan kalian berdua bisa mendengar tembakan. Jika tidak, saya mungkin akan diculik tanpa suara, dan bagian Anda dalam ini akan lebih besar! " Kata-kata Benjamin menjadi mengancam untuk didengar, seolah-olah dia mencoba menakut-nakuti para paladin agar tunduk.

"Tuan Lithur, jika tidak bisa mendapatkan senjata, Anda benar-benar tidak ingin kembali ke rumah?" Setelah beberapa pemikiran, si paladin bertanya tanpa daya.

"Iya nih." Benjamin menjawab dengan tekad.

"Baiklah, kurasa kita tidak punya pilihan." Paladin perempuan dibujuk. Setelah beberapa pandangan antara dia dan temannya, dia menghela nafas, dan mengeluarkan pistol perak dan kotak perak dari kompartemen di bawah roknya.

"Ini adalah senjata yang dibuat secara khusus, di dalamnya ada empat peluru yang diberkati. Kotak ini juga berisi dua belas peluru yang diberkati." Paladin perempuan mengatakan ini dengan sungguh-sungguh, "Ini adalah bagian dari peralatan seorang paladin, sekarang, dan aku akan menugaskan mereka untukmu. Adapun Gereja, aku akan menjelaskan kepada mereka, jangan khawatir."

Itu di sini, di sini!

Perjalanan hari ini ke luar kota tidak sia-sia.

Meskipun dia dipindahkan ke titik di mana sulit baginya untuk menahannya, Benjamin masih berhasil melawan dan menunjukkan wajah ragu-ragu, menurun sambil berkata: "Ini … … bagaimana aku bisa berani, ini milikmu pistol, bagaimana saya bisa menyebutnya sebagai milik saya? "

"Keahlian menembakmu lebih baik daripada milikku, kamu memiliki lebih banyak hak untuk memilikinya daripada aku." Paladin perempuan mengatakan ini tanpa daya, "Plus, jika kamu tidak punya senjata, kamu tidak akan pulang, kan?"

Mendengar ini, Benjamin sangat gembira, dan tidak melanjutkan aksinya, menerima pistol dan peluru.

"Terima kasih atas pengertiannya." Dia tersenyum seperti bunga.

"Tak tahu malu." Sistem memandang rendah dirinya dan berkata.

"Apa yang kamu tahu, ini disebut menggunakan otakmu, aku tidak meminta mereka untuk memberikan senjatanya kepadaku, dialah yang menawarkan, pilihan apa yang aku miliki?" Benjamin mengatakan ini dengan penuh kemenangan.

"Disebut tidak tahu malu!" Sistem itu terdengar lebih menghina.

Benjamin tidak peduli dengan Sistem. Tetapi melihat paladin di depannya yang wajahnya penuh lumpur dan riasan yang rusak – sementara masih terlihat benar – dia tidak bisa menahan rasa malu. Setelah berpikir, dia mengambil semua uangnya.

"Aku tidak punya apa pun untuk berterima kasih pada kalian berdua, ini adalah satu-satunya yang bisa aku berikan. Aku harap kalian berdua akan menerimanya."

Dari percakapannya dengan Sistem sebelumnya, di dunia ini, tidak ada yang namanya "suap", semuanya dianggap sebagai tindakan untuk "bersyukur kepada Tuhan". Karena ini, ini tidak akan membuat dua paladin ini dalam masalah.

Paladin menunjukkan ekspresi yang bertentangan. Mereka tampaknya tidak ramah terhadap uang bahkan jika mereka membutuhkannya. Tetapi jika mereka menerimanya, mereka akan merasa malu.

Melihat ini, Benjamin berkata: "Tolong jangan merasa malu, ini hanya tanda terima kasih kepada Tuhan dari orang percaya. Sebagai hamba Tuhan, Anda selalu berada di garis pertahanan pertama melawan kejahatan, Anda memiliki hak untuk menerima hal-hal seperti itu.

"Tapi…."

"Kamu tidak harus seperti ini, aku seorang bangsawan di kota, mengapa aku kekurangan uang? Hal-hal ini tidak ada artinya bagiku, tetapi jika kalian berdua menerimanya, mereka akan jauh lebih bermakna."

"…"

Di bawah bujukan tanpa henti, para paladin ragu-ragu sejenak, tetapi pada akhirnya tetap menerimanya.

Pernyataan menghina dari Sistem berhenti juga.

"Terima kasih banyak, saya punya dua adik lelaki di rumah. Saya akan menggunakan waktu luang saya untuk melatih mereka dalam cara ksatria, tetapi untuk menjadi seorang ksatria Gereja, Anda harus lulus dari sekolah Minggu terlebih dahulu. Hadiah Anda bagi kami bermakna melampaui perbandingan. "Paladin perempuan mengambil tas uang, dan mengatakan ini dengan sungguh-sungguh.

Mendengar ini, Benjamin tersenyum. Dia merasa telah melakukan sesuatu yang baik dan bahagia.

Dengan demikian, para paladin membagi uang dan menjaga bagian mereka dengan benar. Benjamin juga menyimpan pistol dan peluru dengan benar. Saat itu hampir jam sepuluh malam semakin gelap, dan jalan-jalan di bagian luar kota menjadi kurang semarak. Ketiganya mulai menuju ke pusat kota.

Di bawah pengawalan para paladin, dalam setengah jam, Benjamin berhasil mencapai rumah keluarga Lithur.

Setelah banyak pertimbangan dan mengucapkan selamat tinggal kepada para Paladin, ia mengembalikan pistol yang ia curi dan dengan diam-diam kembali ke kamarnya, tidak memperingatkan orang lain di rumah —– jika Claude ingin mengetahui apa yang dia lakukan di malam hari, dia mungkin akan marah.

Adapun dua peluru yang dia tembakkan, dia hanya bisa berharap bahwa Claude tidak memperhatikan.

Dia menutup pintu kamarnya, dan berbaring di tempat tidurnya, berpura-pura seolah-olah tidak ada yang terjadi di luar kota, berpura-pura dia sedang berada di kamarnya.

Hanya dia yang tahu tentang panen yang dia lakukan malam ini.

Memulai dengan Sihir yang baru disusun oleh Academy of Silence, sepotong batu yang disebut "Water Element Crystal", dan senjatanya sendiri, bersama dengan enam belas peluru yang diberkati. Dia bersumpah, semua yang dia inginkan hanyalah senjata sebelum dia pergi!

Itu bukan murni keberuntungan, barang-barang ini diperoleh dengan susah payah.

Dia bisa hidup dengan ini untuk saat ini, peluru yang diberkati ini telah memberi Benjamin solusi untuk masalah besar —- jika Michelle berani muncul di depannya, dia bisa menembaknya mati hanya dengan satu tembakan, lihat apakah dia masih berani memerintahnya.

Yang harus dia lakukan adalah menyeret tubuh Michelle yang tak bernyawa ke uskup, dan dia secara alami akan membantu menghilangkan kutukan tanpa ragu-ragu.

Memikirkan hal ini, suasana hati Benjamin segera menjadi baik.

Setelah berteleportasi di sini, Michelle telah menjadi batu besar di jalannya, meskipun dia berhasil melarikan diri darinya, dia masih berhasil menggunakan kutukan untuk mengancamnya. Sebelumnya, ia hidup di bawah tekanan besar setiap hari. Beberapa hari yang lalu dia memimpikan Michelle, dan dalam mimpi itu, Michelle memiliki pedang raksasa dan memotongnya menjadi daging cincang.

Dia sudah membuat persiapan untuk tarik-menarik perang yang akan dia mainkan dengan Michelle.

Dia tidak pernah bisa berharap bahwa hanya dengan satu perjalanan, dia bisa membawanya begitu banyak hal, memungkinkannya untuk secara langsung menyingkirkan Michelle.

Selain mengatakan bahwa itu adalah intervensi ilahi, apa lagi yang bisa dia katakan?

Dia menantikan Michelle muncul. Dengan ini, dia bisa menyingkirkannya hanya dengan satu tembakan.

Namun, tepat ketika dia dengan riang bermain dengan pistol perak, tiba-tiba, rasa sakit akut datang dari perutnya, dan menyebar ke seluruh tubuhnya. Dia berbaring di tempat tidur, dan rasa sakit membuatnya kehilangan kekuatan bahkan untuk memegang pistol, yang jatuh dari tempat tidur.

Suasana hati Benjamin yang baik segera hancur.

Kutukan itu dipicu lagi!

Mengapa ini terjadi semakin sering?

Tepat ketika dia memegangi perutnya dan berguling-guling di tempat tidur, suara yang akrab dan mengerikan itu sekali lagi terdengar di telinganya:

"Sir Lithur, lama tidak bertemu, Anda telah memberi saya kejutan lain. Jika saya bukan karena saya mengamati Anda dalam gelap, itu mungkin saya di posisi Anda sekarang."

Siluet berjubah sekali lagi muncul dari sudut bayangan.

Jika Anda menemukan kesalahan (tautan rusak, konten non-standar, dll.), Harap beri tahu kami agar kami dapat memperbaikinya sesegera mungkin.